24 tahun yang lalu, adalah awal perkenalanku dengan dunia teater. Saat itu seorang guru Madrasah menunjuk (lebih tepatnya merayu) saya agar ikut ambil bagian dalam sebuah pertunjukan Drama untuk acara akhirussanah. Dari peran kecil (hanya naik panggung dua kali tanpa dialog) atau peran pembantu, berlanjut di tahun berikutnya dengan peran yang lebih.Â
Dan tanpa terasa di tahun ketiga adalah saat dimana Teater Madina mengalami puncak popularitas -di daerah kami- sekaligus pembuktian bakat teatrikal yang ada pada saya (menurut saya sih). Saat itu masih terngiang dalam ingatan saya ketika saya menjadi tokoh utama cerita, dan drama itu dipentaskan di tiga tempat berbeda..(Bisa dibayangin kan gimana perasaan saya waktu itu).
Setelah hampir seperempat abad lamanya saya tidak lagi bersentuhan dengan dunia peran, tiba-tiba ada satu panggilan tugas yang membawa saya kembali bersentuhan dengan dunia peran. Alhamdulillah, Sekolah tempat dimana saya mengajar terpilih menjadi Sekolah Rujukan untuk tahun 2017. Nah, Salah satu bentuk program Sekolah Rujukan adalah membuat film dokumentasi tentang Profil Sekolah, Kegiatan Pembelajaran dan tentang Pembelajaran Mandiri.Â
Sebagai penanggung jawab dalam kegiatan pembuatan film dokumentasi tersebut pihak sekolah mempercayakan kepada saya. Kalau mau enak (baca: nyaman) sih, sebenarnya saya bisa saja menyerahkan projek tersebut pada pihak ketiga dan saya tinggal terima beres..kelar. Tapi ada satu hal yang membuat saya membuang jauh-jauh pemikiran itu, yaitu rasa penasaran, ingin tahu, dan tertantang yang bercampur jadi satu membentuk sebuah tekad, dan mewujudkan satu keinginan, "saya pingin bisa membuat sebuah film, dan saya harus bisa membuat film dokumentasi itu". Â Â
Ketika pertama kali mendapat tugas tersebut dan muncul hasrat dalam hati saya, lalu yang muncul di benak saya adalah bagaimana membuat sebuah film dokumentasi agar menarik, sebuah dokumentasi pembelajaran yang berbeda dari video atau film-film Pembelajaran yang sudah ada sebelumnya. Langsung saja ide itu saya tuangkan dalam sebuah coretan rancangan script, dengan sebelumnya mencari referensi dari sana sini. Satu hal pasti dan saya sadari sepenuhnya bahwa saya tidak mungkin bisa membuat sebuar karya film dokumentasi itu sendirian, saya harus bekerja sama dengan orang lain.Â
Mulailah saya menghubungi orang-orang yang saya butuhkan, yang saya pandang mampu dan bisa saya libatkan dalam pembuatan film tersebut. Termasuk pemilihan talent untuk film-film yang akan saya buat nantinya. Â Dan Alhamdulillah, orang-orang tersebut dengan senang hati dan penuh semangat bersedia bekerja sama dengan saya.
Setelah pembuatan script (baca:naskah skenario) selesai, tibalah saat melakukan pengambilan gambar alias shooting. Dengan setting latar dan sebagainya yang sudah disesuaikan dengan script, prosesi shooting pun dimulai. Dan dalam kegiatan tersebut maka secara otomatis, mau tidak mau saya lah yang men-direct semua adegan (tentunya dengan mempertimbangan ide-ide dari Kameramen, penyusun script dan atau Talent) dengan berbekal sedikit pengalaman menjadi pemain drama di waktu kecil dulu, akhir nya semua prosesi shooting pun berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang saya harapkan.
Satu hal yang pasti, ini menjadi satu pengalaman baru yang menarik dalam hidup saya, menjadi seorang "Sutradara dadakan" dan menjadi sebuah pembelajaran tentunya. Terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan untuk Kepala SMAN 1 Kedungwuni Pekalongan, Rekan-rekan Guru, Staff Tata Usaha dan Seluruh Siswa-siswi serta semua pihak yang telah membantu saya. "Kalian Luarr Biasaa....!"
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H