Perhelatan Demokrasi Pilkada Kabupaten Bogor akan segera di mulai, sebanyak lima pasang calon telah mendaftarkan diri ke KPU Kabupaten Bogor untuk memperebutkan 3,3 Juta suara.Â
Jumlah suara yang sangat tinggi untuk ukuran kabupaten di Indonesia. Dengan jumlah suara yang sangat besar ini mengantarkan Kabupaten Bogor menjadi wilayah yang sangat strategis untuk kemenangan di Jawa Barat dan tentunya akan berdampak pada pemilihan 2019 mendatang sebab Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak di Indonesia.
 Peta politik berbeda dengan Provinsi Jawa Barat
Melihat dari 5 pendaftar dan komposisi pendukungnya maka kita akan menemukan komposisi yang menarik, sebab komposisi partai pendukung di Kabupaten Bogor berbeda dengan komposisi di Jawa Barat.Â
Untuk jalur independen terdapat dua pasang calon yaitu pertama, Ade Wardhana Adinata (Ketua DPW Perindo Jawa Barat) berpasangan dengan Asep Ruhiyat seorang birokrat senior Kabupaten Bogor. Kedua, Gunawan Hasan (pengusaha/mantan anggota DPRD) yang berpaasangan dengan Vicky Irama (Putra dari Rhoma Irama).
Calon Bupati yang di usung oleh partai politik yaitu Fitri Putra Nugraha (Nungki ; Hanura) berpasangan dengan Bayu Syahjohan (PDIP). Dari sisi Jumlah suara pasangan ini cukup menarik perhatian publik sebab PDI perjuangan memiliki kursi lebih banyak di DPRD Kabupaten Bogor yaitu 7 kursi sedangkan Hanura 3 kursi dengan perolehan suara masing-masing dalam pemilu 2014 lalu sebesar 322,678 (PDIP) dan 122,736 (HANURA) atau jika dijumlahkan sebesar 445,414 suara.Â
Hal ini tentu Menjadi menarik sebab muncul pertanyaan di sebagian masyarakat mengapa PDI Perjuangan seakan tidak percaya diri mengusung kader terbainya untuk menjadi Calon Bupati Bogor.
Calon kedua yang di usung oleh partai politik adalah pasangan Ade Munawaroh Yasin(PPP)-Iwan Setiawan(Gerindra) yang di dukung oleh koalisi PPP, Gerindra dan PKB. Figur Ade Yasin dan ditopang oleh jaringan dan profil sang kakak Rahmat Yasin (Bupati Bogor yang ditangkap KPK) diyakini sebagian pengamat cukup potensial. Di lihat dari sisi kekuatan politik.Â
Jumlah Suara partai pendukung Ade Yasin dan Iwan cukup besar dengan jumlah 330,545 (PPP), 313,625 (Gerindra) dan 112,749 (PKB) atau sama dengan 756,919 dengan jumlah gabungan kursi sejumlah 15 kursi ; 7(PPP), 5 (Gerindra) dan 3 (PKB).
Pada kandidat ini terdapat hal yang menarik untuk di amati, yaitu posisi Gerindra. Sebelum pendaftaran di tutup sempat muncul isu akan munculnya poros baru antara PKS, PAN dan akan menarik Gerindra untuk mendukung Haji Maman Daning.Â
Banyak masyarakat menantikan koalisi tiga partai ini sehingga memiliki narasi sama dengan di Jawa Barat, namun pada detik-detik terakhir poros tersebut urung terbentuk sebab Gerindra tetap memutuskan untuk mendukung Ade Yasin dan Iwan. Sedangkan gabungan kursi PKS dan PAN tidak mencukupi untuk mencalonkan bupati.
Calon ketiga yang diusung oleh Partai adalah Jaro Ade (Golkar) yang berpasangan dengan Inggrid  dengan dukungan koalisi Partai Golkar, Demokrat, PKS, PAN dan Nasdem.Â
Dengan jumlah komposisi suara 2014 ; Golkar (406,341), Demokrat (164,624), PKS (154,426), PAN (126,917) dan Nasdem (108,901) atau sejumlah suara potensial sejumlah 961,209 suara dengan dukungan 9 kursi (Golkar), 4 (Demokrat), 5 (PKS), 3 kursi (PAN), 3 kursi (Nasdem) atau sejumlah 24 kursi.
Melihat konfigurasi poilitik di atas maka pertarungan sangat sengit akan terjadi pada "DUO ADE" yaitu antara Jaro Ade-Inggrid Kansil dengan modal kursi (24 Kursi) dan jumlah suara pemilih potensial 961,209 bertarung dengan Ade Munawaroh --Iwan Setiawan dengan modal kursi (15 kursi) dan jumlah suara pemilih potensial 756,919.Â
Meskipun dalam kontestasi Pilkada figur calon memiliki pengaruh cukup besar sehingga pergerakan politik bisa sangat dinamis bergantung irama permainan yang dihentakkan oleh masing-masing kandidat beserta tim sukses masing-masing.
Isu Kabupaten Bogor
Seluruh peserta Pemilihan Bupati Bogor tentu telah menyiapkan program serta visi-misi masing-masing, namun hendaknya seluruh calon memperhatikan beberapa isu untuk mendekati pemilih.Â
Pertama, Pada segmen pemilih dari kalangan terdidik maka isu yang saat ini harus diperhatikan adalah isu pemekaran Bogor Timur dan pembangunan di wilayah Kabupaten Bogor.Â
Banyaknya jalan di kabupaten Bogor yang rusak parah serta kemacetan tak henti-hentinya khususnya di wilayah Cileungsi, Gunung putri hingga Jonggol harus menjadi salah satu fokus isu yang dibahas serius serta disiapkan jalan keluarnya, karena wilayah tersebut memiliki basis suara pemilih yang potensial.Â
Kedua, pada segmen pemilih muda / generasi milenial Nampak seluruh kandidat belum memiliki isu dan fokus utama untuk menyasar segmen yang cukup besar ini.Â
Di tengah derasnya arus isu LGBT di tingkat nasional, maka isu perlindungan remaja dari LGBT sangat potensial untuk menggerakkan pemilih milenial dan kalangan wanita untuk bergerak memilih.Â
Ketiga, isu lapangan pekerjaan. Kabupaten Bogor dengan jumlah industri yang cukup tinggi ternyata belum mampu menyerap lapangan kerja yang tinggi, bahkan dua tahun belakangan angka pemutusan hubungan kerja di Kabupaten Bogor cukup tinggi sehingga isu ini harus mampu direspon dengan baik.Â
Harapan kita bersama tentunya agar Pilkada Bogor berlangsung dengan aman dan damai serta pemenang yang terpilih akan membawa masyarakat Kabupaten Bogor menjadi masyarakat yang sejahtera dan bermoral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H