Pertama-pertama mari kita bahas dulu apa itu Homeschooling. Jika berbicara tentang Homeschooling, ide-ide yang muncul adalah tentang sekolahnya artis, biayanya mahal karena satu guru meng-handle beberapa murid saja, bebas kita boleh milih mata pelajaran apa saja yang ingin dipelajari atau diperdalam, kita juga bebas menentukan kapan waktu untuk belajar.Â
Apakah ide-ide itu benar atau kurang tepat Ide-ide itu, ada yang benar dan juga ada yang kurang tepat. Homeschooling adalah sekolah rumah, tapi bukan sekedar memindahkan sekolah ke rumah, melainkan orang tua menjadi penanggung jawab utama dari pendidikan anak-anaknya. Mulai dari menentukan visi pendidikan keluarga, menentukan kurikulum kalau kita mau pakek kurikulum, menentukan materi apa saja yang ingin dipelajari, memilih ketrampilan apa yang harus dikuasai oleh anak, mengatur cara mengevaluasi proses belajar anak.Â
Di Indonesia, kita mengenal tiga jalur pendidikan, yang pertama ada jalur pendidikan formal, contohnya adalah pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Yang kedua ada jalur pendidikan nonformal, bentuknya adalah lembaga konstitusi seperti bimbingan belajar, Balai Katihan Kerja (BLK), PKBM, SKB dan masih banyak lagi.Â
Dan yang ketiga adalah jalur pendidikan informal, jalur pendidikan informal adalah berbasis keluarga dan masyarakat, dan homeschooling masuk kedalam jalur pendidikan informal.Â
Setiap jalur pendidikan itu memiliki peran yang sama, yaitu sebagai alat meraih tujuan pendidikan. Meskipun tiga jalur pendidikan ini memiliki peran yang sama, tapi mereka memiliki cara kerja, sistem, dan keunikan masing-masing. Misalnya sekolah, sekolah menganggap murid sebagai kertas kosong, jadi setiap kali kita berangkat ke sekolah, kita diajari meteri pelajaran yang sama, disampaikan dengan cara yang sama dan dievaluasi dengan cara yang sama, sedangkan homeschooling, memandang anak sebagai pribadi yang unik.Â
Setiap anak itu memiliki minat, potensi dan karakter yang berbeda sehingga mereka harus diperlakukan dengan cara yang berbeda, dievaluasi dengan cara yang berbeda, sehingga keunikannya ini bisa terlihat dan berkembang dengan baik.Â
Dalam proses pendidikan homeschooling, orang tua berperan sebagai fasilitator, ketika anak penasaran dalam satu hal, maka orang tua tidak sekedar menyodorkan jawaban, tapi oarang tua menjemabatani rasa ingin tau anak dengan proses anak menemukan jawaban, jadi kita membantu anak-anak untuk menemukan sumber belajar yang tepat. Misalnya, kita bisa membantu anak-anak untuk mencari buku, sumber belajar yang valid di internet atau mengundang guru privat untuk anak-anak.Â
Artinya, orang tua harus siap untuk belajar setiap saat, karena peran orang tua sebagai fasilitator yang terlibat total dalam proses pendidikan anak-anak.Â
Ingat, homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga, dimana orang tua menjadi penanggung jawab utama bagi proses belajar anak-anaknya. Jadi  proses belajar ini titik berangkatnya ada dirumah, bukan di lembaga.Â
Saat ini ada banyak sekali lembaga yang mengatas namakan dirinya adalah homeschooling a, homeschooling b, mereka menyediakan guru, menyediakan buku-buku pelajaran, menyelenggarakan ujian semester dan lain-lain.Â
Tapi perbedaannya adalah anak-anak ini boleh memilih mata pelajaran yang ingin dikuasai dan boleh memmilih kapan mereka mulai untuk belajar. Ini sebenarnya bukan homeschooling, ini merupakan fleksi school atau fleksibel. Homeschooling menggunakan rumah sebagai titik berangkat dari prsoses pendidikan anak-anak.
Perberdaan homeschoolling dengan sekolah formal, yang pertama adalah jalur pendidikan, sekolah termasuk dalam jalur pedidikan formal, yang mana proses belajarya itu sudah diatur oleh pemerintah pusat melalui kurikulum. Sedangkan homeschooling, termasuk dalam jalur pedidikan informal, yang mana pusatnya itu ada di keluarga yang mangatur dan bertanggung jawab adalah orang tua.Â
Perbedaan yang kedua adalah tentang fleksibilitas, sekolah tidak memiliki fleksibilitas. Semuanya mulai dari visi pendidikan, berapa banyak jumlah mata pelajaran yang harus dikuasi oleh anak, alokasi waktu belajar, bagaimana cara belajaranya itu sudah diatur dalam kurikulum.Â
Jadi kalo kita minta kepala sekolah, misalnya anak kita pintar dalam bidang matematika saja tidak pintar dibidang yang lain, jadi anak kita punya kemampuan dalam bidang matematika saja, terus kita meminta kepala sekolah untuk memfokuskan anak kita belajar matematika saja.Â
Maka anda tidak bisa melakukan hal itu di sekolah, tapi hal ini berbeda dengan homeschooling, karena homeschooling memiliki fleksibilitas yang tinggi kita boleh memilh mata pelajaran apa saja yang harus diperdalam oleh anak, kita bisa memilih bagaimana cara belajar kita, kita sangat diizinkan untuk tidak selalu ada didalam kelas, kita boleh belajar tentang sapi misalnya, dikandang sapi secara langsung, tidak harus langsung mendengar ceramah dari guru.Â
Perbedaan selanjutnya adalah soal biaya pendidikan. Kalo di sekolah, tentu saja disekolah sudah mengatur anggaran pendidikan setiap bulan yang kita harus bayarkan.Â
Jadi sekolah meminta kita untuk membayar semua paket, sekallipun ada fasilitas yang mungkin tidak kita gunakan atau jarang kita gunakan. Sedangkan homechooling kita memiliki fleksibilitas dalam hal biaya pendidikan. Kita hanya akan membayar fasilitas-fasillitas yang kita gunakan.Â
Jika fasilitas itu jarang kita gunakan, kita bisa iuran dengan komunitas homeschooling atau kita bisa menggunakan fasillitas yang disediakan untuk publik.Â
Perbedaan selanjutnya adalah Custom Mize Education, jadi kita dalam homeschooling itu boleh melakukan custom, sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak-anak tersebut, apa saja sih yang bisa dicustom ? yang bisa dicustom adalah mata pelajaran, misalnya anak tersebut usia kelas tiga SD, ternyata dia memiliki kemampuan yang bagus dalam bahasa Indonesia, jadi kemampuan bahasa Indonesianya itu sudah setara dengan kelas tiga SMP, tapi disisi lain matematikanya itu masih setara dengan anak kelas satu SD.Â
Nah ketika kita tahu hal ini, maka kita tidak perlu menghentikan proses belajar bahasa Indonesianya, proses pendidikan homeschooling adalah fokkus pada kelbihan anak. Ketika anak tersebut punya kelebihan dalam bahasa Indonesia maka itulah yang harus kita kejar, itulah yang harus kita perdalam. Lalu bagaimana dengan matematikanya ? matetmatikanya tetap kita pelajari santai saja, tidak perlu ngoyo.Â
Berbeda dengan sekolah, kita dituntut untuk menguasai seluruh materi pelajaran dalam sekali waktu, kalo bahasa Indonesianya bagus, ya sudah, kalo matematikanya kurang bagus, dikejar terus sampai matamatikanya bisa mencapai standar tertentu.
Itulah beberapa perbadaan antara homechooling dengan sekolah formal. Bagi saya, homeschooling dan sekolah formal itu adalah bentuk keyakinan. Ketika kita memilih satu keyakinan, maka kita harus mentaati sistem cara kerja, prinsip, dan juga nilai yang ada dalam keyakinan tersebut. Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H