“Sedikit lagi, ayo mio! Tunjukkan kau motor matik terbaik!” Andra memerintahkan motornya untuk melaju lebih cepat, walau tak ada sahutan dari kendaraan roda dua yang dimilikinya. Dalam kondisi lawan arah, Truk dengan muatan besar melaju dengan cepat. Kedua mata Andra membelalak, karena di saat yang sama Truk itu akan berbelok menuju ke persimpangan, yang artinya, Andra akan kehilangan waktu untuk masuk ke jalan pintas karena terhalang Truk.
Disinilah andrenalin Andra terpacu, jantungnya mulai berdegup sangat kencang. Walau pernah berkali-kali tertabrak dan jatuh dari motor. Sensasi ini selalu dianggapnya wajar. Andra memutar penuh gas di stang kanannya. Motor Mio-nya melaju tanpa ragu. Ia membidik jalan kecil yang tidak jauh lagi dari persimpangan dimana Truk tersebut juga melaju dengan kecepatan normal.
“Oke, Mio, beri aku keajaibanmu!” pinta Andra.
Motor mio melaju lawan arah dengan Truk yang sudah meng-klakskon dari ujung jalan. Andra tidak gentar. Supir Truk malah tetap melaju. Dalam sepersekian meter, dan kegugupan sang supir, Andra berhasil masuk ke jalan pintas dengan selamat. Sang supir hanya bisa mengelus dada. Andra berhasil masuk ke jalan pintas. Dalam perhitungannya, ia telah menghemat setidaknya 5 menit.
“Itu adalah moment terbaik, terima kasih Mio!”Andra menepuk-nepuk bagian lampu depan.
Saat sampai di parkiran, ia langsung berlari cepat menuju kantor yang dulunya sulit untuk bisa diterima bekerja disini. Kantor Ubex, pelayanan dan konsultasi perangkat lunak. Andra masuk ke bagian resepsionis, menaiki beberapa anak tangga, karena menunggu lift membuang waktu yang tidak sebentar. Saat sampai pada ruangan teknisi, ia bertemu dengan Tuan Shito, manager perangkat lunak, alias bos nya Andra.
“Selamat Pagi, Pak.” sapa Andra sembari merapikan rambutnya yang lupa disisir.
“Apa penyebab rambutmu bisa berantakan?” tanya Tuan Shito.
“Saya tidak memakai helm saat naik motor.” Andra mencoba mencari-cari alasan.
“Lupa?” Tuan Shito bertanya lagi.
“Iya, Pak. Maaf.” Andra hanya bisa mengangguk dan tersenyum.