Mohon tunggu...
Fahmadellia Eviesta Saraswati
Fahmadellia Eviesta Saraswati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Mahasiswi Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa Harus Redflag ke Diri Sendiri?

26 Juni 2023   13:45 Diperbarui: 26 Juni 2023   14:53 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Ah payah banget, gini aja aku nggak bisa", "Apa yang salah dari diriku?", "Aduh, gimana ya, sebenarnya nggak bisa, tapi kalau aku nolak, nggak enak juga. Kan dia temanku!". 

Terkadang disadari atau tidak, pemikiran-pemikiran seperti itu muncul dan membuat kita merasa bahwa kita tidak berharga. Padahal apa yang dipikirkan orang lain mengenai kita, belum tentu seperti apa yang diri kita khawatirkan.

Lantas kenapa semua itu bisa terjadi? Jawabannya bisa dikarenakan kebiasaan overthinking, self-esteem yang rendah, dan kurangnya self-appreciation. Kebiasaan ini memicu pemikiran dalam diri kita sehingga kita cenderung merasakan khawatir yang berlebih ketika memandang suatu masalah, merasa bahwa orang lain selalu tampak lebih baik dari kita, dan kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. 

Selain itu, seringnya memelihara pemikiran-pemikiran negatif akan membentuk diri kita menjadi seseorang yang cenderung berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan orang lain meskipun itu berarti harus mengorbankan diri sendiri, seseorang seperti ini disebut dengan people pleaser. 

Meskipun keinginan untuk menyenangkan orang lain adalah hal yang positif, menjadi people pleaser yang berlebihan dapat menyebabkan dampak negatif terhadap mental health sehingga terkadang disadari atau tidak, kita menjadi keras terhadap diri kita sendiri atau dapat dikatakan "red-flag/toxic" ke diri sendiri. Lalu apa sih sebenarnya yang dinamakan dengan "red-flag" itu sendiri?

Red-flag 

Red-flag dapat diartikan sebagai pertanda yang menggambarkan kumpulan sifat atau sikap yang kemungkinan sudah tidak sehat atau berjalan ke arah negatif atau bahkan toxic. Istilah ini biasanya dipakai di media sosial untuk menyebutkan salah satu karakter seseorang yang dianggap merugikan orang lain.

Namun, apakah red-flag hanya ditujukan terhadap suatu hal yang merugikan orang lain? Tentu tidak. Realitanya, saat ini banyak dari kita yang sulit mengakui bahwa kita sebenarnya telah menjadi red-flag atau bahkan toxic terhadap diri sendiri dengan dalih menyenangkan orang lain. 

Dengan kebiasaan kita mengabaikan red-flag ke diri sendiri, lambat laun mental health kita pun terdampak. Ketika mental health kita terdampak, tidak jarang tubuh seperti memberikan sebuah tanda peringatan yang memberi tahu kita bahwa ada sesuatu yang mungkin tidak berjalan dengan baik atau ada masalah yang perlu diperhatikan.

Red-flag ke Diri Sendiri 

Kebanyakan anak muda zaman sekarang terlalu membesarkan rasa tidak enakan. Kita cenderung tidak mampu mengontrol kapan kita harus menerima atau menolak, biasanya karena rasa takut akan "tidak disukai" dan rasa ingin diterima di lingkungan. Lalu apa saja hal red-flag lain yang kadang tidak disadari kita lakukan ke diri sendiri?

  • Toleransi akan hal yang sudah jelas salah.

Demi mempertahankan mereka di hidup kita, kita cenderung mentoleransi akan hal yang sudah jelas salah. "Kenapa sih kok bisa mereka memperlakukan dan menyakiti aku dengan hal yang sama berulang-ulang kali?", jawaban atas pertanyaan tersebut bisa jadi karena kita secara sadar atau tidak telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan hal tersebut.

  • Mempertahankan orang-orang yang salah, hanya karena takut kesepian

Ketika kita mempertahankan orang-orang yang salah hanya karena takut kesepian, apakah rasa kesepian itu benar-benar hilang? Bukankah justru kita merasa lebih buruk ketika sudah ada yang menemani namun kita tetap merasa kesepian?

  • Self-talk 

Hati-hati dengan self-talk! Kadang kita tidak suka dan merasa takut untuk dijudge orang lain, tanpa kita sadari kita yang sudah terlebih dahulu men-judge diri kita.

Bagaimana cara agar terlepas dari red-flag ke diri sendiri? 

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bisa terlepas dari kebiasaan ini. Misalnya dengan mengutamakan diri sendiri terlebih dahulu dan mempertimbangkan niat dan tendensi kita ketika akan membantu orang. Kita bisa mulai dengan mengubah pola pikir bahwa kita tidak harus disenangi semua orang dan bahwa mendahulukan diri itu "egois" atau buruk. Yang perlu kita sadari adalah jika mengutamakan diri sendiri bukanlah hal yang egois. Lalu gimana sih cara berhenti menjadi people pleaser dan red-flag ke diri sendiri?

  • Belajar berani berkata "tidak" secara baik dan tegas.

Kita berhak untuk bilang "tidak" pada sesuatu hal yang tidak kita sukai. Menjadi orang baik bukan berarti harus selalu mengiyakan semua perkataan orang dan hanya karena kita berani untuk bilang "tidak" bukan berarti kita merupakan orang jahat.

  • Bangun rasa nyaman dengan diri sendiri.

Membangun rasa nyaman dengan diri sendiri dapat dimulai dengan mengenali kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Kemudian saat sudah mulai mengenali kelebihan dan kekurangan diri, kita dapat mulai belajar untuk mengoptimalkan kelebihan yang dimiliki dan mencari solusi untuk mengatasi kekurangan diri.

Hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan demi membangun rasa nyaman dengan diri sendiri adalah dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

  • Tingkatkan kepercayaan diri

Meningkatkan kepercayaan diri bisa dimulai dengan membiasakan berpikir positif. Rasa takut yang timbul dari pikiran yang negatif saat akan mencoba menjalin hubungan dengan orang lain akan membatasi dan membuat kita menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Yang harus kita ingat adalah bahwa setiap orang saling membutuhkan satu sama lain. 

Cara untuk meningkatkan kepercayan diri yang selanjutnya adalah dengan penerimaan diri. Bagaimana kita memandang kelemahan sebagai keunikan dari diri kita. Tidak hanya itu, dengan menggali dan mengembangkan potensi diri. Banyak penelitian membuktikan bahwa orang dengan prestasi dan pencapaian tertentu akan lebih percaya diri di lingkungan sosialnya, karena ia merasa memiliki sesuatu untuk dibanggakan sehingga tidak merasa rendah diri dengan orang-orang di sekitarnya.

  • Let it go

Kita harus menyadari bahwa kehidupan akan terus berjalan dan kita tidak bisa membahagiakan semua orang dalam hidup kita.

Kebiasaan red-flag ke diri sendiri memiliki dampak negatif jika kita tidak mengetahui cara untuk mengontrolnya. Dengan belajar mengolah dan mengubah pola pikir, anak muda zaman sekarang akan lebih dapat mengatasi tekanan yang dihadapi dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun