Mohon tunggu...
FAHMA AFKARINA
FAHMA AFKARINA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Bimbinggan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Komunikasi Internal dalam Organisasi

4 Januari 2025   19:56 Diperbarui: 4 Januari 2025   19:56 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1. Komunikasi dari Bawah ke Atas (Bottom-Up Communication)

Jenis pertama komunikasi internal adalah komunikasi dari bawah ke atas. Komunikasi yang satu ini merupakan kondisi dimana suara karyawan adalah inti dari whistleblowing internal, yang meningkatkan kekhawatiran secara internal tentang masalah atau perilaku bermasalah yang disaksikan dalam organisasi kepada pemimpin organisasi. Jenis komunikasi internal ini tidak bersifat otoriter, melainkan partisipatif. Dalam budaya partisipatif, bukan otoriter, komunikasi dari bawah ke atas juga melibatkan identifikasi masalah secara proaktif.

Penelitian yang masih ada menunjukkan bahwa, meskipun intensif waktu, pendekatan komunikasi bottom-up yang inklusif memungkinkan agen organisasi untuk mengidentifikasi perbedaan pendapat dan membangun konsensus dan rasa komunitas di antara para pemangku kepentingan.

2. Komunikasi Atas ke Bawah (Top-Down Communication)

Jenis kedua dari komunikasi internal adalah komunikasi dari atas ke bawah. Dalam pendekatan ini, pemimpin memengaruhi berbagai hasil yang berkaitan dengan organisasi dan karyawan, termasuk dalam proses pembuatan makna dan perilaku keselamatan. Kepemimpinan dapat didefinisikan melalui beberapa aspek, seperti atribut pribadi, posisi, atau gaya formal. Dalam konteks tanggung jawab berbasis komunikasi, para pemimpin berperan dalam mendukung nilai-nilai moral, menyediakan informasi mengenai operasi organisasi, dan terbuka terhadap tanda-tanda masalah yang mungkin muncul.

Komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin memiliki dampak signifikan terhadap pembentukan budaya organisasi serta menciptakan koherensi iklim di antara kelompok-kelompok karyawan dan berbagai tingkat dalam organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan cenderung lebih responsif terhadap risiko apabila mereka memiliki akses ke informasi terkait risiko serta pelatihan formal. Namun, pemahaman mereka terhadap bahaya yang ada perlu didukung oleh penguatan yang berkelanjutan melalui pola kepemimpinan yang hadir.

Proses berbagi pengetahuan akan meningkat ketika manajer menunjukkan kesediaan untuk mempertimbangkan masukan dari karyawan, yang pada gilirannya menumbuhkan rasa percaya. Selain itu, karyawan yang mendapatkan komunikasi dialogis dari pemimpin yang memberikan informasi lengkap cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka dan lebih terdorong untuk bekerja demi kepentingan kolektif organisasi.

Dalam konteks ini, pemimpin dari organisasi tertentu dapat memainkan peranan yang sangat penting. Contohnya, komunikasi dari pemimpin Sumber Daya Manusia dapat menyampaikan nilai-nilai inti yang kuat dan memberikan sinyal kepercayaan mengenai organisasi, yang kemudian dapat diperkuat oleh manajer di lini depan.

3. Komunikasi Peer-to-Peer Lateral

Jenis ketiga komunikasi internal adalah peer-to-peer lateral. Pada komunikasi ini, sementara pemimpin dapat mengatur nada lingkungan komunikasi, nada ini dapat diperkuat, ditantang dan dinegosiasikan oleh masing-masing karyawan dan tim.

Individu, baik secara sadar maupun tidak sadar, belajar dari pengalaman langsung mereka dan melalui interaksi dengan rekan mereka tentang bagaimana berperilaku dan berkomunikasi serta ini meluas ke norma penyimpangan. Memang, pandangan pemimpin-sentris tentang pengaturan norma organisasi telah ditantang, dengan penelitian terbaru mengungkapkan bagaimana individu yang serupa atau berpangkat lebih rendah adalah sumber informasi norma sosial yang paling akurat dan disukai.

Bentuk Komunikasi Internal yang Efektif

  • pertemuan Tim : Pertemuan tim yang rutin dapat menjadi forum untuk berbagi pembaruan, membahas tantangan, dan mengkoordinasikan upaya.
  • Surat Elektronik dan Buletin : Komunikasi tertulis seperti email dan buletin dapat digunakan untuk menyebarkan informasi penting, pengumuman, dan pembaruan terkini.
  • Internet : Internet dapat menjadi platfrom terpusat untuk berbagi informasi, dokumen, dan sumber daya.
  • Platfrom Kolaborasi : Platfrom kolaborasi seperti Google Workspace atau Microsoft Teams dapat memfasilitasi kerja tim, berbagi dokumen, dan komunikasi real-time.

         Tantangan dalam Komunikasi Internal

  • Perbedaan Generasi : Demografi tenaga kerja yang terus berubah membutuhkan saluran komunikasi yang berbeda untuk menjangkau setiap kelompok usia.
  • kultur Organisasi : Budaya organisasi yang hierarkis atau kurang terbuka dapat menghambat komunikasi yang efektif.
  • Teknologi : Kecepatan perkembangan teknologi dapat menjadi tantangan dalam memilih platform aksesibilitas bagi semua karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun