Stan, Stan, Stan .. “dalam bahasa Persia, istan berarti “tanah”. Jadi Tajikistan adalah tanah milik bangsa Tajik, sama seperti Uzbekistan yang berarti tanah orang Uzbek” tulis Agustinus di halaman 23. Nah dengan begitu, orang bali bisa menyebut wilayahnya dengan Balistan, tanah milik orang bali. Jawastan, Papuastan, Sumaterastan, Kalimanstan, Jakartastan, Indonestan.
Negara berakhiran Stan ini adalah bayi dari Ibu bernama Rusia yang berhasil menduduki Asia Tengah. Dahulu kala, tanah luas ini milik Turkistan, negerinya bangsa Turki. Untuk memperkuat kedudukannya, setelah menghabisi Kesultanan Bukhara dan Khiva, Rusia melakukan Politik divide et impera, memecah Islam dan Turki. Kemudian, diturunkanah para ahli etnografi dari Moskow ke sini, untuk menemukan –perbedaan- bangsa-bangsa.
Dari sini, munculah perbedaan nama bangsa-bangsa Stan itu. “Ada kaum nomad Kirgiz dan Kazakh. Ada pengembara pada pasir Turkmen. Bangsa menetap yang berbahasa Turki didefinisikan sebagai Uzbek, yang berbicara bahasa Persia menjadi Tajik.” Halaman 24. Manusia dikotak-kotakan oleh pertanyaan sederhana dari para ahli etnografi “apa etnismu? Apa bangsamu?”. Setelah terjawab, diketahuilah bahwa seorang itu bangsa ini atau itu. Sana atau sini.
Pada 1924 orang Uzbek dan Turkmen dapat hadiah kemerdekaan. Setelah 60 tahun lebih berselang, barulah lahir Tajikistan sebagai “Republik Tajikistan” Merdeka!
Bab pertama buku ini pun dimulai dengan Tajikistan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H