Mohon tunggu...
Silfi Fahima
Silfi Fahima Mohon Tunggu... Novelis - menulis, membaca dan bercerita

semua hal akan terasa lebih bermakna jika kita lakukan bersama dengan orang yang kita cinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sudah Benar Belum Cara Pengasuhan Kita pada Anak?

6 Oktober 2021   13:32 Diperbarui: 6 Oktober 2021   13:48 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Singosari, 5 Oktober 2021 (Dokpri)

Mungkin kita pernah brfikir mengapa semua hal yang ada di dunia ini memiliki sesuatu yang sangat dekat. Seperti bayi dengan ibu atau ayahnya, anak burung dengan ibunya, monyet dengan sahabat manusianya, lumba-lumba dengan pengasuhnya, dan lain sebagainya. Pasti ada suatu hal sehingga hal demikian bisa terjadi bukan ? 

Keterdekatan itu sangat mempengaruhi akan perkembangan. Dan inilah yang dinamakan kelekatan. Dimana terdapat emosional yang saling terikat. Menurut Freud, bayi menjadi semakin dekat dengan orang atau benda yang memberikan kepuasan moral. Terhadap bayi kepuasaan seperti ini salah diartikan akan selalu bersangkut paut akan sosok ibu yang sering hampir setiap hari memberikan makan. 

Hal ini dibantah oleh Harlow, pasalnya hal itu sama sekali tidak benar. Sesuai dengan penelitiannya dalam proses kelekatan yang paling penting adalah jalinan kontak yang nyaman antara keduanya. Menurut Erik Erikson kenyaman fisik juga mempengaruhi akan dalam hal ini. Satu tahun pertama pada bayi menurutnya merupakan tahap dimana menumbuhkan rasa percaya atau tidak percaya. 

Memang kita sering kali melihat hal ini selalu bersangkut paut akan ibu dan bayinya. Sehingga hal ini dapat kita simpulkan bahwa hubungan anak dan ibu tersebut sudah mencapai syarat dimana kelekatan dapat terjadi. Dampak yang akan ditunjukkan jika sudah terjadi proses kelekatan yakni seseorang akan merasa aman dan terlindungi, dimana hal ini dipengaruhi akan kepercayaan yang tumbuh akan lawan kelekatannya. 

Kelekatan tidak hanya terjadi dengan begitu saja, namun melewati serangkaian tahap. 

Tahap pertama yakni saat bayi baru lahir hingga umur dua bulan, dimana ia tengah membangun ekspresi yang ditunjukkan seperti senyuman dan tangisan, hal ini dibangkitkan akan orang yang ada di sekitar bayi seperti orang asing, saudara dan orang tua pastinya. 

Tahap selanjutnya yakni kelekatan bayi yang berfokus pada satu orang, seperti pengasuhnya. Hal ini yang dapat kita lihat sebagai kedekatan bayi dan ibunya. Dalam tahap ini juga bayi belajar dan membedakan mana orang yang ia kenal dan mana orang asing baginya. Tahap kedua ini terjadi pada umur dua hingga tujuh bulan bayi.

Tahap ketiga pada umur tujuh hingga dua puluh empat bulan. Bayi berusaha aktif berusaha menjalin kontak secara teratur dengan para pengasuh mereka, seperti ayah dan ibu. 

Tahap terakir yakni saat bayi berumur dua tahun hingga seterusnya, anak akan mulai mempertimbangkan suatu hal dalam menentukan tindakannya sendiri. Anak juga mulai mengerti perasaan orang lain, tujuan seseorang hingga tujuan orang yang berada disekitar mereka. 

Dalam era saat ini sering kita temui sekumpulan anak yang tidak memiliki kelekatan sama sekali dengan kedua orang tuanya. Lantas siapa yang paling dekat dengan mereka ? 

Hal seperti ini biasa dirasakan oleh anak yang biasa disebut broken home. Mereka dirumah bersama dengan pengasuh, saudara, kakek atau nenek, pembantu atau bahkan dirumah sendirian. Hal ini biasa dirasakan oleh anak yang ditinggal orang tua mereka entah bekerja atau aspek yang lainnya. 

Banyak sekali orang tua yang baru menyadari akan hal ini saat anak mereka sudah beranjak remaja atau dewasa. Mereka merasakan tidak ada kedekatan sama sekali terhadap anak. Anak merasa ada bahkan tiada orang tua mereka maka sama saja dampaknya bagi mereka. Orang tua merasa anak mereka jauh dari mereka seakan tidak memiliki hubungan sama sekali. 

"Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau panen nantinya" 

Seberapa percaya dan lekatnya anak dapat dibagi pada beberapa aspek : 

Pertama anak dengan perasaan percaya, aman saat pengasuh ada untuk mengeksplorasi lingkungan mereka. 

Kedua anak dengan perasaan tidak aman dan menghindar, mereka cenderung akan menghindari pengasuh, tidak banyak berinteraksi kepada pengasuh, tidak merasa tertekan saat pengasuh tidak berada bersama dengan mereka. 

Ketiga anak dengan perasaan tidak aman dan menolak, hampir sama dengan aspek kedua perasaan tidak aman dan menghindar. Namun bedanya dalam aspek ini anak sering kali melekat pada pengasuh kemudian akan menolak dengan cara mereka sendiri, bisa dengan menedang, menangis, mendorong pergi dan hal lain yang bisa menjadikan pengasuhnya pergi meninggalkan dia dan mewakili penolakan yang anak tunjukkan. 

Kelekatan anak tidak hanya melulu dengan kedekatan anak dan pengasuhnya, namun juga dengan bagaimana cara pengasuh memberikan gaya pengasuhan kepada anak.

Dapat kita ketahui sebaik-baik contoh pengasuhan bagi orang islam adalah cara pengasuhan nabi Muhammad SAW. Dalam islam saat anak dalam masa kandungan para orang tua sudah berusaha untuk menjadikan anak mereka manjadi anak yang sholeh atau sholihah. Dan dilanjut dengan berusaha memberikan pengasuhan yang terbaik untuk anak. 

Bermula akan merespon anak dengan tepat. Ingat anak memiliki banyak sekali yang ingin mereka ketahui. Sebagai orang tua kita harus merespon baik apa yang ingin anak ketahui. 

Selanjutnya sebagai orang tua kita harus mengawasi kegiatan anak agar tidak melakukan hal negatif yang bisa berdampak kedepannya. Bentuk perilaku si kecil dengan hal yang baik, seperti mengucapkan tolong saat ingin meminta bantuan dan terima kasih akan semua hal baik yang sudah dilakukan anak. 

Tahap berikutnya mengawasi interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya. Dunia anak adalah dunia bermain, mereka belajar sendiri akan semua hal yang menurut mereka menarik. Namun hal ini juga harus mendapat pengawasan yang sangat jeli oleh orang tua. Contoh, untuk menjadikan anak perempuan mandiri hindari membedakan mainan laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat menghambat kemampuan dan keterampilan pada anak.

Berikutnya kita wajib membantu secara aktif akan tindakan yang akan anak lakukan. Jangan pernah menghambat keputusan yang anak ambil, jika hal itu kurang baik untuk anak maka lebih baik arahkan kepada hal yang lain yang jauh lebih baik. Beri pengertian kepada mereka dan berikan alasan mengapa keputusan yang mereka ambil kurang tepat. Seperti contoh, fokus pada progres da usaha terbaik yang anak lakukan. Saat anak gagal tetap hargai dan dampingi agar ia tak berhenti berusaha. 

Dan yang terakhir adalah memberikan contoh yang baik bagi anak. Anak ibarat kaset kosong yang dapat kita isi apapaun sesuai keinginan kita. Anak adalah peniru ulung orang tuanya. Lakukan hal yang positif maka anak juga akan melakukan hal demikian. Hal positif dapat kita wujudkan dengan rangkaian kegiatan yang positif bagi anak. Para orang tua dapat memberikan jadwal dengan menyesuaikan umur anak, dimana jadwal tersebut akan mendorong anak pada hal positif yang kita tetapkan dan akan sedikit peluang untuk kegiatan negatif pada anak. 

Tak lepas dari itu budaya juga menjadi pengaruh dalam pengasuhan anak. Dapat kita lihat, antara pengasuhan orang indonesia dengan orang luar negeri akan jauh berbeda. 

Mengapa hal tersebut dapat terjadi ? 

Yang paling mendasar adalah kareka kebiasaan dan pola hidup dan lingkungan kita juga berbeda. Namun hal demikian tidak melulu terdapat perbedaan, disamping hal itu banyak persamaan yang dapat dilihat akan gaya pengasuhan yang diterapkan. 

Sukses mendidik anak adalah impian semua orang tua dengan cara instan. Namun berusaha akan kesuksesan mendidik anak dengan jerih payah sendiri akan memberikan suatu hal yang tidak bisa kita ungkapkan. 

John W Santrock. Life Span Development edisi 13

Artikel Kompasiana

Akun Instagram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun