Mohon tunggu...
Silfi Fahima
Silfi Fahima Mohon Tunggu... Novelis - menulis, membaca dan bercerita

semua hal akan terasa lebih bermakna jika kita lakukan bersama dengan orang yang kita cinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bunda, Anak Kita Paham dengan Pembelajaran yang Bagaimana, Ya?

19 Oktober 2020   23:38 Diperbarui: 20 Oktober 2020   00:02 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan" (HR. Ibnu Abdil Barr)

Siapa yang tidak kenal dengan istilah ilmu. Hal yang berhubungan langsung dengan belajar ini adalah hal yang setiap orang harus miliki.

Jika ilmu merupakan kata benda, maka belajar adalah suatu kata kerja untuk mendapatkan kata kerja tersebut. Secara garis besar, belajar adalah kegiatan untuk mencari informasi, pengetahuan maupun hal yang lain.

Belajar tak memiliki batasan usia sama sekali, semua orang baik anak-anak, remaja, dewasa atau tua sekalipun semua berhak untuk belajar.

Sumber belajar sendiri adalah segala macam bahan yang digunakan untuk bisa mendapatkan ilmu atau hal yang ingin kita pelajari. Sumber belajar dapat berupa buku, narasumber, gambar, cerita, tempat-tempat khusus, dan bahkan permainan juga termasuk salah satu sumber belajar. Jadi tak heran jika dalam jenjang anak usia dini banyak diisi dengan permainan edukasi atau permainan yang bertujuan untuk sebuah pembelajaran.

Dalam pembelajaran kita juga harus mengetahui bagaimana macam-macam pendekatan belajar. Terutama bagi pengajar dan orang tua saat ingin belajar bersama dengan si kecil.

Pendekatan Kontekstual, pendekatan ini lebih mengacu pada inisiatif guru atau orang tua untuk bisa menghubungkan dengan kondisi di lingkungan sehari-hari anak. Tak hanya itu, yang dapat dilakukan juga mendorong anak untuk mengaitkan pengetahuan anak sebelumnya yang sudah didapat dengan cara mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh :  Jika memukul hewan adalah hal yang tidak baik, maka kita terapkan kepada anak untuk menyayangi binatang. Hal kecil yang biasa terjadi adalah anak suka menendang kucing, setelah pendekatan ini kita ajarkan untuk membiarkan kucing yang lewat atau memberi makanan kepada kucing tersebut.

Pendekatan Konstruktivisme, pendekatan ini memiliki fokus tersendiri dalam pembelajaran yakni pada tingkatan membangun kreatifitas anak. Kreativitas agar anak bisa membangun dan berani mengutarakan gagasan dan dapat diterapkan di dunia nyata. Guru atau orang tua hanya sebagai pengarah kebijakan dalam pendekatan ini.

Contoh : anak mengutarakan cerita tentang hal yang baru saja ia lakukan seperti, baru saja berkunjung ke kandang kuda. Otomatis mereka akan menceritakan bagaimana keadaan disana. Mulai dari kudanya sendiri bahkan bisa sampai pada bagaimana lingkungan sekitar kandang tersebut.

Pendekatan Deduktif, pendekatan yang menggunakan logika dalam berfikir untuk menyelesaikan masalah dan selanjutnya membuat kesimpulan. Dideskripsikan dalam kata

Contoh : Anak biasanya bingung antara membedakan huruf  ,,  secara garis besar ketiga huruf tersebut memilik bentuk yang sama namun secara khusus ada perbedaan dalam jumlah titik yang dimiliki.

Penedekatan Indukif, pendekatan ini merupakan kesimpulan dari akivitas berfikir dari elemen dengan karakter khusus.

Pendekatan Konsep,  dalam pendekatan ini anak dibimbing untuk memahami suatu konsep secara mendalam agar mereka terhindar dari kesalahan konsep.  Konsep sendiri merupakan penggolongan yang mempunya suatu kesamaan. 

Sehingga anak diarahkan untuk memahami suatu materi dengan menggunakan konsep yang ada dalam materi tersebut. 

Pendekatan Proses, pendekatan ini berfokus agar anak bisa menjiwai sebuah proses bukan akan hasil yang dicapai. Dengan demikian anak anak terlatih akan daya pikir dan psikomotor yang ada dalam dirinya.

Pendekatan Open-Ended, merupakan masalah atau soal yang dirancang bisa memiliki jawaban banyak  yang benar. Pendekatan ini betujuan utama untuk menekankan anak agar tahu proses jawaban bisa didapat. Anak akan termotivasi untuk meningkatkan kapasitas berpikir mereka dengan jawaban dan penemuan baru, dapat meningkatkan daya kreatif dan mindset dengan cara problem posing secara sinkron.

Pendekatan Saintifik,  disiapkan untuk anak agar bisa dengan aktif membangun keterampilan,  pengetahuan dengan cara observasi,  bertanya,  menalar,  mengumpulkan data,  meneliti dan menyimpulkan. Dengan diterapkan dalam berbagai materi atau kondisi karena pada prosesnya harus ada nilai dan sifat yang tersusun dengan matang.

Pendekatan realistik,  berawal dari setelah anak mengatasi masalah yang sudah ada.  Dengan hal demikian anak akan terbangun untuk bisa mengatasi berbagai masalah,  dapat disebut juga dengan RME (Realistic Mathematics Education). Yang terfokus pada hal yang nyata atau realistis untuk anak.

Pendekatan Sains,  Teknologi dan Masyarakat. Pendekatan ini merupakan kombinasi dari keterampilan proses, pendekatan konsep, inquiry,  pendekatan lingkungan dan discovery.  Bertujuan agar anak bisa menentukan setiap keputusan dengan tepat ketika terjadi masalah yang ada pada masyarakat yang ada di lingkungan.

Dengan berlandaskan filosofi pendekatan konsruktivisme yakni anak dapat merangkai konsep sesuai dengan apa yang sudah ia ketahui.

Jadi mana nih bun kira-kira pendekatan yang cocok untuk anak kita ?

Selain jenis pendekatan, dalam belajar juga terdapat model pembelajaran. Dimana hal ini biasa banyak diterapkan dalam dunia pedidikan, walaupun juga banyak yang dapat diterapkan saat anak belum memasuki dunia sekolah.

Menurut Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Udin Saripudin Winataputra,1997:78).

Model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto (2009:22) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Selain jenis pendekatan, dalam belajar juga terdapat model pembelajaran. Dimana hal ini biasa banyak diterapkan dalam dunia pedidikan, walaupun juga banyak yang dapat diterapkan saat anak belum memasuki dunia sekolah.

Model pembelajaran merupakan langkah awal untuk proses belajar mengajar yang akan dilakukan.

Menurut Agus Suprijono (2009) metode belajar di bagi menjadi :

1. Pembelajaran berbasis langsung

Dalam hal ini kita sebagai orang tua atau guru terlibat langsung dan aktif dalam menyampaikan suatu ilmu pada anak kita.  Pembelajaran ini dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedur,  pengetahuan faktual, serta berbagai keterampilan lainnya. 

2. Pembelajaran Cooperative

Pembelajaran cooperative memiliki pemahaman lain yakni belajar bersama.  Sehingga tidak melibatkan anak lain untuk mencapai tugas atau tujuan yang telah ditentukan.  Pembelajaran ini memang dirancang untuk melatih kekompakan atau kerjasama antara satu dengan yang lain. 

3. Pembelajaran berbasis masalah

Pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan konsep Jerome Bruner.  Pembelajaran yang lebih menekankan dalam aktivitas penyelidikan.  Mencari jawaban akan masalah yang tengah dihadapkan. 

4. Pembelajaran kontekstual

Konsep kontekstual ini membatu guru atau orang tua untuk mengaitkan materi dengan keadaan pada lingkungan luar atau dunia nyata.

Masih banyak model pembelajaran yang ada, namun beberapa model pembelajaran diatas paling sering kita temui dalam dunia bangku sekolah. 

Tidak semua anak dapat menerima model pembelajaran yang kita terapkan. Ada yang nyantol dengan berbasis masalah,  ada yang lebih faham dengan berbasis kelompok dan sebagainya.

Semua tergantung bagaimana kondisi pemikiran dan daya pengetahuan anak tersebut.

 Jangan menyamakan pola pemikiran anak ya bunda,  bisa jadi anak memiliki pola pemikiran tersendiri untuk memahami suatu ilmu yang dia dapat.

fitrianovitasari6.blogspot.com

tripven.com

hayatinurrrrrr.blogspot.com

istyas.wordpress.com

bukunnq.wordpress.com

nurul-pai.blogspot.com

agus-sadikin.blogspot.com

ariedanarmy.blogspot.com

rachmimaulanaputri.blogspot.com

sumberbelajaraudtrisnaatika.blogspot.com

wawasanpendidikan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun