Mohon tunggu...
Fahed Syauqi
Fahed Syauqi Mohon Tunggu... Penulis - Cirebon, NGO Enthusiast, CEO Berlin Community, Director of Medcamp, Researcher at Center World Trade Studies UGM

Luruskan niat, perbanyak shalawat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bank Indonesia Mendorong Pertumbuhan Kawasan Ekonomi Terintegrasi Melalui ASEAN QR Code Payment

26 Mei 2023   10:35 Diperbarui: 26 Mei 2023   10:46 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi global telah mengalami disrupsi yang sangat drastis. Hal tersebut disebabkan oleh dampak pandemi yang telah melanda setiap lapisan masyarakat. Perekonomian global pun sangat tereduksi terhadap isu regional seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China, Kebijakan Proteksionis, Brexit dan Pandemi COVID-19. 

Oleh karenanya, setiap kawasan ingin keluar dari zona ketidakseimbangan ekonomi dunia untuk menciptakan integrasi ekonomi yang lebih inklusif. Dalam mengalami gejolak perekonomian dunia, setiap negara harus mampu mengendalikan rantai perekonomiannya untuk menghadirkan ketangguhan perekonomian domestik dan kawasan. 

Hal tersebut pun diungkapkan oleh Christopher and Peck (2004), bahwa proses produksi dan respon terhadap perubahan rantai nilai yang dikelola oleh para pelaku bisnis dan organisasi regional sehingga terlibat dalam upaya mitigasi gejolak perekonomian global (Floristella & Chen, 2022).

ASEAN telah mulai melakukan strategi untuk meningkatkan konektivitas ekonomi di kawasan dalam Master Plan on ASEAN Connectivity 2025. Dalam strategi tersebut, ASEAN menekankan terhadap pembangunan infrastruktur regional sebagai konektivitas ekonomi kawasan. ASEAN berusaha untuk mengelola sumber daya eksternal untuk meningkatkan daya saing global. 

Semangat integrasi ekonomi regional didorong oleh kepemimpinan Indonesia agar ASEAN mampu menjadi kawasan yang terintegrasi secara ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia melalui Bank Sentral Indonesia mendorong perkembangan ekonomi integratif berbasis digital melalui Regional Payment Connectivity. Rancangan kebijakan ini merupakan upaya pemulihan ekonomi negara-negara ASEAN yang sejalan dengan upaya Indonesia dalam keketuannya dalam G20 tahun 2022 dan keketuaanya di ASEAN tahun 2023.

Indonesia telah menjadi bagian perubahan besar terhadap ASEAN Payment Connectivity melalui QR Code Payment. Hal tersebut dapat mendorong kembali percepatan pertumbuhan perekonomian ASEAN.  

Upaya meningkatkan perekonomian regional tersebut dapat dilihat dari dua aspek utama yakni, adaptasi strategi transformasi digital dan kerjasama internasional  (Woods, 2023). Promosi terkait sistem konektivitas pembayaran regional diterima oleh seluruh kepala negara di ASEAN. 

Langkah tersebut dinilai dapat meningkatkan perekonomian ASEAN dengan konektivitas pembayaran inklusif (Masitoh, 2023). Inovasi terkait QR Code Payment oleh Bank Indonesia dapat menciptakan ekosistem perekonomian digital di masa depan. Melalui hal tersebut, Indonesia akan menjadi sebuah jembatan terhadap kemajuan ASEAN dalam bingkai sistem pembayaran digital yang inovatif melalui QR Code Payment.

 Indonesia is able to Bridging the Economic Future of ASEAN. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) RPC oleh lima bank sentral dari negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina/ASEAN-5) di 2022 lalu menandai keseriusan negara ASEAN terhadap pembayaran lintas negara.

Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan penggunaan QR Code Payment sebagai upaya untuk memudahkan transaksi ekonomi dalam negeri dan regional dengan mengikuti perkembangan transformasi digital yang ada. 

Upaya Bank Indonesia untuk mengintegrasikan pembayaran antara negara ASEAN dengan lebih cepat agar siklus pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan seiring transformasi digital yang terus tumbuh. 

QR Code Payment telah banyak dilakukan oleh sejumlah negara ASEAN dan Asia lainnya seperti Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia dan Filipina serta China. Melalui konektivitas pembayaran antar negara ASEAN akan memberdayakan individu dan masyarakat pelaku bisnis khususnya UMKM untuk dapat melakukan perdagangan lintas batas, e-commerce serta aktivitas keuangan yang lebih efisien. 

QR Code Payment menjadi solusi bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN, dimana pertumbuhan pariwisata masing-masing negara sangat tinggi sehingga QR Code Payment akan memudahkan wisatawan negara ASEAN dapat melakukan transaksi tanpa harus melakukan tukar uang yang sangat konvensional  (Bank Indonesia, 2019).

QR Code Payment  merupakan platform yang memungkinkan penyelesaian masalah ekonomi dan sistem pembayaran konvensional dengan memanfaatkan keunggulan perkembangan transformasi digital dalam bidang keuangan. 

Proses digitalisasi dalam sektor keuangan mendukung supply chain produksi Industri Kecil dan Menengah untuk meningkatkan akses pendanaan dan pengelolaan aliran dana keuangan untuk seluruh rantai pasok, serta mendukung penuh pelaku ekonomi UMKM (Caniato, Gelsomino, Perego, & Ronchi, 2016). 

Penggunaan teknologi dalam bidang keuangan akan mendorong pertumbuhan ekonomi usaha kecil dan menengah   (Papadopoulos, Baltas, & Balta, 2020). Volume transaksi lintas negara diperkirakan akan tumbuh secara signifikan. Selama beberapa tahun terakhir, nilai pembayaran lintas negara di seluruh dunia meningkat dari USD 127,8 triliun pada tahun 2018 menjadi USD 156 triliun pada tahun 2022  (Bank Indonesia, 2023). 

Dengan tata kelola ekonomi global yang mudah dan tanpa batas, mendesak pembayaran lintas negara untuk lebih efektif dan berbasisi digital. Oleh karena itu, kebijakan penggunaan QR Code Payment merupakan upaya Bank Indonesia mendorong Regional Payment Connectivity untuk mempermudah pembayaran lintas batas negara-negara ASEAN. Indonesia telah merancang penggunaan ini dengan Thailand, Singapura, Malaysia dan Filipina  (Bank Indonesia, 2022). 

Kredensial Indonesia dalam keketuaan untuk ASEAN pada tahun 2023 dalam upaya menginisiasi jalur ekonomi dan integrasi keuangan kawasan memiliki tujuan untuk lebih meningkatkan dan memperkuat konektivitas pembayaran lintas negara dan penguatan ekonomi kawasan dengan tetap menjaga keamanan data dan informasi (Budi, Wira, & Infantono, 2021).

Ilustrasi kebijakan QR Code Payment oleh Bank Indonesia yakni menggunakan scan barcode akan memudahkan transaksi masyarakat ASEAN. Penggunaan platform teknologi khususnya dalam digitalisasi sektor keuangan menjadi solusi memanfaatkan keunggulan teknologi yang terus berkembang disertai perkembangan masif ekonomi kawasan yang terintegrasi dengan baik. 

QR Code Payment tidak mengharuskan negara memiliki mata uang yang sama sebagaimana selama ini kelemahan inklusivitas dan integrasi ekonomi ASEAN karena tidak memiliki sistem pembayaran  dan mata uang yang sama. 

Dengan QR Code Payment menjadi solusi integrasi ekonomi ASEAN dalam sektor pengembangan ekonomi dalam sektor usaha kecil dan menengah serta mendorong pariwisata yang unggul di Asia Tenggara. QR Code Payment merupakan bentuk rancangan kebijakan pembayaran yang mampu memobilisasi dan mengelola sumber daya eksternal dalam konektivitas yang unggul. 

Problem utama ASEAN adalah ketidakmampuan membangun konektivitas karena keberagaman kebijakan  (Mueller, 2021). 

Oleh karena itu, upaya Indonesia yang diinisiasi oleh Bank Indonesia dalam menggagas strategi lindung nilai ekonomi dalam kebijakan Regional Payment Connectivity melalui QR Code Payment merupakan lambang untuk memperluas jangkauan konektivitas ASEAN yang unggul. Dengan kebijakan ini secara pasti akan berhasil karena telah menjawab tantangan keberagaman kebijakan sistem pembayaran dan mata uang di ASEAN.

Saran dan Rekomendasi Penulis

Bank Indonesia sebagai inisiator penggunaan QR Code Payment di ASEAN harus mampu memastikan keamanan transaksi digital. Upaya menggabungkan sistem keuangan dan digitalisasi mendorong unsecurity data of user sebagai kelemahan dari upaya digitalisasi dalam sektor keuangan kawasan. 

Tantangan kebijakan Regional Payment Connectivity yang harus menjadi perhatian Bank Indonesia sebagai inisiator kebijakan tersebut. Maraknya kejahatan siber menyebabkan tingkat vulnerability yang besar dalam sektor Regional Digital Payment Connectivity dan sifatnya yang cross-border serta regulasi sistem keuangan yang berbeda antara negara.

Tulisan ini sebagai bentuk dukungan penulis sebagai masyarakat Indonesia untuk mendorong kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita terbesar di ASEAN dan sebagai anggota G20 berhasil menjadi ketua G20 dengan berbagai solusi terhadap problem ekonomi dunia. Dengan demikian kebijakan Regional Payment Connectivity melalui QR Code Payment menjadi  solusi tepat dari keterbatasan transaksi ekonomi ASEAN karena perbedaan mata uang dan sistem pembayaran negara-negara ASEAN.


Referensi

Bank Indonesia. (2019, Agustus 17). QRIS, Satu QR Code Untuk Semua Pembayaran. Retrieved Mei 22, 2023, from Bank Sentral Republik Indonesia: https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/SP_216219.aspx
Bank Indonesia. (2022, August 22). Indonesia and Singapore to Pursue Cross-Border QR Code Payments Connectivity and Explore Promoting the Use of LOca; Currencies for Bilateral Transactions. Retrieved Mei 22, 2023, from Bank Sentral Republik Indonesia:  https://www.bi.go.id/en/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2423322.aspx
Bank Indonesia. (2023, Mei 9). Bank Indonesia Bersama Industri Dorong Pembayaran Lintas Negara Untuk Perkuat Ekonomi ASEAN. Retrieved Mei 22, 2023, from Departemen Komunikasi Bank Indonesia: https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2512123.aspx
Budi, E., Wira, D., & Infantono, A. (2021). Strategi Penguatan Cyber Security Guna Mewujudkan Keamanan Nasional di Era Society 5.0. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia Vol. 3, 233.
Caniato, F., Gelsomino, L. M., Perego, A., & Ronchi, S. (2016). Does finance solve the supply chain financing probllem? Supply Chain Management: An International Journal, 21(5), pp.534-549, https://doi.org/10.1108/SCM-11-2015-0436.
Floristella, A. P., & Chen, X. (2022). Building resilient supply chains in uncertain times: a comparative study of EU and ASEAN approaches to supply chain resilience. Asia Europe Journal, 1-19.
Masitoh, S. (2023, April 28). KTT ASEAN di Labuan Bajo jadi Momentum Dongkrak Pariwisata, UMKM dan Ekonomi Hijau. Retrieved from Kontan.co.id: https://nasional.kontan.co.id/news/ktt-asean-di-lauban-baju-jadi-momentum-dongkrak-pariwisata-umkm-dan-ekonomi-hijau
Mueller, L. M. (2021). Challenges to ASEAN centrality and hedging in connectivity governance—regional and national pressure points. The Pacific Review , 34(5), https://doi.org/10.1080/09512748.2020.1757741.
Papadopoulos, T., Baltas, K. N., & Balta, M. E. (2020). The use of digital technologies by small and medium enterprises during COVID-19: Implications for theory and practice. International Journal of Information Management, 55(1), pp.2-4, https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2020.102192.
Woods, N. (2023). Multilateralism in the Twenty-First Century. Global Perspective, 1-14.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun