Mohon tunggu...
Fahmi Danureza
Fahmi Danureza Mohon Tunggu... Penulis lagu, calon artis -

Pecinta segala jenis karya 'Seni'. Pendiam terkesan sommbong & belagu. Pengarang angan yg tak pernah diterbitkan, Pengarang lagu, Rap, bergerak menuju - Reggae Dub, - Reggae Riddim & - Raggamuffin. Tuhan menyayangi saya. Kusam mukanya serba/i keanehan di hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Resnawati

9 Februari 2017   12:52 Diperbarui: 9 Februari 2017   13:01 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mana candamu, Ibu?

Itulah yang ku rindu.

Mana senyummu, Ibu?

Ku selalu merindumu.

Tiada hari yang sepi bila ku mengingatmu.

Kau selilmut di tiap malam dinginku.

Engkau lebih dari sekedar keluarga.

Engkaulah segala-galanya.

Kau bukan emas, berlian atau permata

Kau bukan bandingan harta.

Ibu, kau lebih dari sekedarnya.

Kaulah yang beri nafas pertama.

Tahta tertinggi dalam setiap kasta.

Hiasi istana keluarga

Lengkapi dunia, bak zamrud khatulistiwa.

Sejauh apapun kau kan slalu tetap ada.

Mana candamu, Ibu?

Itulah yang ku rindu.

Mana senyummu, Ibu?

Ku selalu merindumu.

Tak ada dirimu, aku mati gaya.

Ibu jangan marah, buatku mati rasa.

Aku kan berhenti merajuk, sebab tak pantas lagi tuk kau rayu.

Jangan menangis lagi, Bu.

Tiap doaku ku sebut namamu.

Oh, Ibu...

Aku pernah berdusta

Hanya mencari cara tuk di manja.

Bunda, ceritaku penuh dusta...

Sekedar lelucon tuk buat kau tertawa.

Ibu, Ibu oh Bundaku...

Kini aku jauh darimu

Aku tak seperti dahulu..

Yang buatmu naik pitam itu.

Hanya saja, Ibu...

Kali ini saja peluklah aku!

Lalu, cium keningku!

Cukup itu pintaku saat kita bertemu.

Dan, ku ingin kau ada.

Saat ku berbahagia.

Hanya saat ku bersuka cita

Tenang, Ibu...

Lukaku kan jadi rahasiaku.

Ibu...

Kau buat semua berbeda

Kalimatmu indah nan sederhana

Semua dapat aku terima

Sebab, di ragaku selamanya mengalir darahmu, Bunda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun