Mohon tunggu...
Fahar Maulana Pranayoga
Fahar Maulana Pranayoga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Von Koenigswald: Sang Peneliti Penemu Fosil Manusia Purba di Sangiran

28 Desember 2022   11:10 Diperbarui: 28 Desember 2022   11:14 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald atau yang biasa di sebut sebagai Von Koenigswald lahir di Berlin pada 13 November 1902 dan meninggal di Bad Homburg, Jerman pada 10 Juli 1982. Beliau adalah putra dari Gustav A von Koenigswald, seorang pakar etnologi dari Jerman. Von Koenigswald selama jenjang pendidikannya belajar geologi dan paleontologi di Universitas Humboldt Berlin, Universitas Tuebingen, Universitas Muenchen, dan Universitas Koeln.

Pada masa kuliahnya berada di bawah bimbingan Rudolf Martin, seorang antropolog yang berasal dari Swiss dan pada 1928, dan pada akhirnya berhasil menyelesaikan masa kuliahnya dari Universitas Muenchen. Setelah menyelesaikan kuliah, berangkatlah Von Koenigswald mengawali karier dengan bekerja sebagai asisten di lembaga geologi di Kota Muenchen.

Setelah selesai dengan studi kuliahnya, dia mendapat tawaran untuk bekerja sebagai ahli paleoantropologi mamalia untuk Dinas Pertambangan Hindia Belanda atau Dienst van Mijnbouw van Nederlands Indi dalam sebuah proyek geologi Belanda di Jawa. Ia pun menerima tawaran itu dan segera bertolak ke Jawa. Tugas pertamanya dalam proyek ini adalah melakukan pemetaan lithostratigrafi atau pemetaan lapangan berdasarkan penampakan batuan, komposisi, struktur geologi, dan mineralnya.

Proyek ini dilakukan di Ngandong, Blora, Jawa Tengah, di mana dalam prosesnya ditemukan sebelas tengkorak hominid atau kera besar. Namun, Von Koenigswald tidak terlibat langsung dalam penemuan hominid tersebut karena penggalian saat itu dipimpin oleh Carel ter Haar.

Setelah berjalan sekitar tiga tahun, proyek yang dibiayai oleh Belanda itu harus terhenti pada 1934, walau begitu tetap mengambil keputusan untuk tidak kembali ke Eropa dan tetap tinggal di Jawa. Tinggal di Bandung merupakan pilihan setelah itu semua demi melanjutkan pekerjaannya dan menyusun penelitian, di mana ia mendapat akses untuk menggunakan peralatan serta perpustakaan dan terus berupaya untuk mencari orang yang mau membiayai penelitiannya di Jawa. Setelah sekian lama akhirnya usahanya pun membuahkan hasil. Von Koenigswald akhirnya mendapat dukungan dana dari sebuah yayasan Belanda untuk melanjutkan pekerjaan dan penelitiannya selama di Jawa terkait penggalian fosil.

Setelah mendapatkan bantuan dana, Von Koenigswald melakukan berbagai penelitian di sejumlah daerah di Jawa, seperti di Ngandong, tepi Sungai Bengawan Solo, Ngawi, Sragen, dan Pacitan. Ia memulai penelitian dengan melakukan penggalian atau ekskavasi di Sangiran, Sragen pada 1934. Dengan berbekal buku Van Es, Von Koenigswald mencermati endapan-endapan purba Sangiran, hingga menemukan alat-alat serpih. Alat-alat serpih berwarna kuning kemerahan dari batuan kalsedon yang ditemukan ini kemudian menjadi sangat terkenal dengan sebutan alat serpih Sangiran.

Pada 1936, Von Koenigswald mendapat temuan yang menakjubkan berupa fosil tempurung kepala manusia purba yang sejenis dengan temuan Eugene Dubois di Trinil. Oleh karena itu, temuan ini kemudian dinamai Pithecanthropus II. Berkat temuannya ini, sebagian teka-teki seputar keberadaan manusia Jawa mulai terjawab.

Fosil Pithecanthropus II Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5693493/pithecanthropus-erectus-sejarah-ciri-ciri-dan-kontroversi
Fosil Pithecanthropus II Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5693493/pithecanthropus-erectus-sejarah-ciri-ciri-dan-kontroversi

Selain itu, Von Koenigswald juga berhasil menemukan fosil penting lainnya yang berupa tengkorak dan rahang bawah. Temuannya ini kemudian dinamai sebagai Meganthropus paleojavanicus. Von Koenigswald menemukan fosil Meganthropus paleojavanicus pada tahun 1941. Selama penelitian dan ekskavasi di Sangiran, Von Koenigswald berhasil mengumpulkan sekitar 60 fosil untuk diteliti, di mana sebagian di antaranya diteliti di Jerman.

Fosil Meganthropus Paleojavanicus Sumber :https://perpustakaan.id/wp-content/uploads/2017/03/fosil-meganthropus-paleojavanicus.jpg
Fosil Meganthropus Paleojavanicus Sumber :https://perpustakaan.id/wp-content/uploads/2017/03/fosil-meganthropus-paleojavanicus.jpg

Fosil yang ditemukan berupa fragmen rahang bawah sebelah kanan (dengan kedua geraham muka dan geraham bawah), rahang atas sebelah kiri (dengan geraham kedua dan ketiga), dan gigi lepas. Oleh karena fosil tersebut berukuran sangat besar dan menyerupai raksasa, maka von Koenigswald menyebutnya Meganthropus Paleojavanicus. Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar, anthropus yang bermakna manusia, paleo berarti tertua, dan javanicus artinya Jawa. Adapun memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  • Tulang pipi tebal
  • Kening menonjol
  • Tidak memiliki dagu
  • Gerahamnya besar-besar
  • Berbadan tegap
  • Bentuk muka diduga masif
  • Rahang bawah sangat tegap
  • Memiliki bentuk gigi homonin
  • Memakan tumbuh-tumbuhan
  • Otot kunyah sangat kuat
  • Kepala bagian belakang sangat menonjol
  • Volume otaknya sebesar 900 cc

DAFTAR PUSTAKA:

p2k.unkris.ac.id. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald. (https://p2k.unkris.ac.id/en3/3073-2962/Gustav-Heinrich-Ralph-Von-Koenigswald_41257_p2k-unkris.html). Translate Biografi Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald (Bahasa Belanda).

Sulistyanto, B. 2011. Warisan Dunia Situs Sangiran, Persepsi Menurut Masyarakat Sangiran.

Yojanto E. (editor). 2013. Sangiran, Bumi Manusia Jawa yang Tandus. Kompas daring. Edisi Sabtu, 16 Maret 2013.

Museumindonesia.com - Museum Purbakala Sangiran. (2013). Retrieved December 18, 2022, from Museumindonesia.com website: https://www.museumindonesia.com/museum/19/1/Museum_Purbakala_Sangiran_Sragen#:~:text=Berikut%20ini%20adalah%20beberapa%20koleksi,replika)%2C%20dan%20Homo%20sapiens.

Hardi, M. (2022, September). Meganthropus Paleojavanicus, Sejarah Manusia Purba Tertua di Indonesia. Retrieved December 18, 2022, from Gramedia Literasi website: https://www.gramedia.com/literasi/meganthropus-paleojavanicus/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun