No I
“POLITIK Itu SENI”
Inilah diriku
Tak pernah ada kata istemewa
Tak ada kisah indah bisa tercipta
Ceritaku selalu sama
Menawarkan patamorgana
Merancang jitunya kecurangan
Melukiskan tinta kekecewaan
Hanya mengukir luka
Dari masa ke masa
Begitu banyak ku potong pita pembangunan
Begitu banyak pula ku potong hak hak rakyat
Tanpa terbersit rasa kasihan
Senyum simpul yang ku tampilkan
Simbol jari yang ku acungkan
Hanya sebatas kode
Kode-kode kemunafikan
Akulah setetes nila yang merusak susu sebejana
Akulah pondasi utama palsu sebuah cinta
Akulah politik
Akulah seniman
Seni membumbui setiap kata
Seni memanipulasi data
Akulah politik
Akulah seniman
Seni membuat perangkap
Seni membunuh lawan kelas kakap
Disaat aku, politik berkarya
Aku bisa membuat keonaran
Banyak orang menjadikan aku kambing hitam
Banyak hal yang kuterima
Kritik, saran, bahkan ada hinaan dan juga cacian
Sering ku dengar suara hati rakyat
Yang berucap sambil merangkak
“Bilakah kiranya hatiku damai
Kapankah makmur nan permai
Adakah rasa membawa cinta
Hati ini sudah lama terkulai”
“Adakah kata tanpa dusta
Manakah janji yang kau cipta
Ketika kursi kau duduki
Rakyat mati akan sumpahmu tadi”
HaCi : M. Fafi Rahmatillah
Banjarmasin, 22 April 2015
No II
“TSUNAMI POLITIK”
Disaat dunia memuntahkan kekelaman moral
Menampilkan kembali indahnya peperangan
Disaat bumi meratapi nasibnya
Meratapi keadaannya yang tua
Menampakkan keganasan bencananya
Menumpahkan air laut kecurangan
Menciptakan dongeng kelam dimasa depan
Tsunami, ya! Tsunami politik
Bak air bah mengalir bebas ganas
Yang perlahan-lahan namun pasti
Merenggut, menyapu, menyisir satu demi satu
Rumah indah milik dan harapan rakyat
Menyisakan puing-puing kelalaian moral
Menyisakan ribuan mayat korban kemunafikan
Membuat posko-posko janji yang tidak layak tayang
Memberikan bantuan, bantuan kepalsuan
Tsunami, ya! tsunami politik
Banyak janda kesepian berserakan
Bayi menangis ketakutan berhamburan
Anak yatim kelaparan mengenaskan
Kakek tua tanpa perlindungan menyedihkan
Tanpa diketahui, tanpa dihiraukan
Luka dari masa kemasa
Pedihnya kepedihan penderitaan rakyat
Pengalaman buruk dan trouma berkelanjutan
Tsunami, ya! Tsunami politik
Dengan apa kita bisa menahannya
Dengan apa bisa mengelak darinya
Gedung-gedung tinggi yang dibangun
Hanya menjadi pondasi sia-sia
Rata dengan tanah, menimbulkan luka kekesalan
Tuhan...
Hentikan bencana ini
Ciptakan kembali keadaan aman
Saat hati tentram menatap pantai kejayaan
Tanpa ada lagi tsunami politik menyeramkan
Berlakukan suara hati
Ikut sertakan kalam ilahi
Kami rindu tanpa bencana di negeri ini
Semoga lembaran kertas ini
Memberi secercah peringatan
Secercah kalimat ini
Bisa menjunjung tinggi karya kejujuran
Dan satu karya ini
Mampu memberikan nuansa baru kehidupan
HaCi : M. Fafi rahmatillah
Banjarmasin, 24 April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H