Mohon tunggu...
Niken Novita Sariii
Niken Novita Sariii Mohon Tunggu... Lainnya - Berani menulis karena tahu, tapi bukan berarti tidak membutuhkan saran/kritik.

Tulislah apa yang telah kamu dapatkan. Ikuti alur jangan lupa bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjalani Kehidupan Selibat

30 Maret 2020   18:50 Diperbarui: 30 Maret 2020   18:51 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu, 01 Maret 2020. Kesempatan berharga buat saya dapat mengunjungi rumah peribadatan umat buddha. Yang berlokasi di padepokan Dhammadīpa Ārama di Desa Mojorejo, Kec. Junrejo, Kota Batu. Lain dari yang lain,  waktu itu juga tergelar upacara upasampada oleh Sangha Theravada Indonesia (STI). 

Lebih berharga lagi, karena upacara tersebut dilakukan satu kali dalam satu tahun dan hanya dilakukan di Kota Malang dan Jakarta. Tahun ini padepokan Dhammadipa Arama dijadikan tuan rumah terlaksananya upacara upasampada. Karena didalam  padepokan ini terdapat tempat khusus yang bernama uposathagara.

Uposathagara ialah tempat khusus untuk menahbiskan seorang samanera menjadi  bhikkhu. “Di Indonesia hanya ada dua tempat yang bisa melaksanakan ritual ini. Yakni di Kota Batu dan Jakarta, tetapi setiap tahunnya digilir,” kata Bhikkhu Dhirajayo, Minggu (01/03).

Upacara upasampada ialah upacara pengesahan atau penahbisan dari seorang samanera menjadi bhikkhu. Lima  bhikhhu yang telah di tahbiskan diantaranya: Bhikkhu Kusalasarano, Bhikkhu Dhirasarano,  Bhikkhu Dhiracitto, Bhikkhu Adhicitto dan Bhikkhu Cittakusalo. Yang berasal dari pulau jawa dan luar pulau jawa.

“Setelah menjalani upasampada, kelima bhikkhu baru akan menjalani hidup selibat. Walaupun sebenarnya mereka sudah menjalani hidup selibat saat menjadi samanera. Perbedaannya di jumlah peraturan yang harus mereka patuhi,” jelas Bhikkhu Dhirajayo.

Di dalam agama buddha, khususnya theravada. Selibat biasa dikenal dengan sebutan brahmacariya. Kehidupan selibat ialah menjalani hidup yang meninggalkan hal-hal keduniawian. Para bhikkhu yang menjalani hidup selibat mereka tidak menikah.

Seperti yang kita ketahui, pernikahan ialah  salah satu  dasar pokok kehidupan bahkan menjadi sesuatu yang mulia dalam kehidupan. Dengan pernikahan manusia membuka pintu kehidupan baru. Orang yang berumah tangga ibarat membangun rumah, yang penuh dengan rintangan dan banyak cobaan.

Berbeda dengan orang yang menjalani kehidupan selibat (tidak menikah). Dia hanya fokus pada kegiatan agama dan spiritual. Mereka (orang yang selibat) tidak memikirkan bagaimana rumah tangganya.

Pengertian selibat ialah orang yang memilih hidup tidak berumah tangga. Dan harus menjalani  hidup menyendiri(tidak menikah). Kemajuan spritual seseorang dalam menjalani hidup selibat akan lebih cepat dengan menjadi bhikkhu. Kehidupan seorang bhikkhu ialah kehidupan yang dibaktikan untuk pencapaian nibbana (mengakhiri penderitaan dari lingkaran kelahiran kembali yang tak berawal).

Hidup selibat adalah melepaskan diri dari kenikmatan aktifitas seksual. Karena dengan aktifitas seksual  dapat mempengaruhi perkembangan spiritual, mencemari kedamaian dan kemurnian pikiran. 

Namun, bukan berarti ajaran buddha menentang hukum alam. Ajaran buddha tidak menentang seks, seks merupakan kenikmatan seksual yang alamiah. Sesungguhnya, menjalani kehidupan selibat bukanlah ajaran yang baru karena telah diajarkan di India pada  masa itu dan dijalankan sampai sekarang.  Bahkan  penganut agama lain seperti Hindu dan Katolik juga melaksanakan ajaran ini  sebagai suatu sumpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun