Ini adalah tulisan pertama...
Mungkin banyak diantara kita yang menggunakan jasa angkutan umum dan ini adalah salah satu cerita didalamnya. Suatu siang yang terik di sebuah terminal di Jakarta Timur, penulis masih menunggu bis yang katanya rutin datang dalam jeda 10 menit, ntahlah... karena ini sudah lewat dari 30 menit. Anda bisa bayangkan... berdiri, berjubel, dan panas. Tidak ingin terlena dalam emosi negatif yang mulai muncul, penulis memutuskan untuk melihat orang-orang yang kehidupannya berada di terminal tersebut, mungkin kehidupan dan penghidupannya lebih tepat. Ada seorang ibu penjual pecel dengan atribut khasnya, tampah (tempat ia menata segala macam sayur, lauk, dan bumbu kacang) dan keranjang plastik, dan selendang batik lusuh. Ia sedang sibuk melayani pembeli... Lalu disudut yang lain, ada 3 orang remaja, mungkin usianya sekitar 15-20 tahun, seorang perempuan dengan 2 orang laki-laki. Salah satu dari laki-laki itu terlihat lebih tua usianya dibandingkan laki-laki yang satunya. Dia mungkin sepantaran dengan teman perempuannya. Lelaki yang lebih tua terlihat berbincang hangat dengan teman perempuannya dan bahasa tubuh mereka terlihat saling mendekat. Nah, lalu datang laki-laki yang lebih muda, dia mengganggu mereka. Anda tahu apa yang laki-laki yang lebih muda lakukan? Ia mengambil sendal teman perempuannya dan berlari menyembunyikan sendal itu. Kedua sejoli yang merasa terganggu mengejar dan mereka saling mencari diantara metromini-metromini yang berjejer. Kaki yang telanjang beradu dengan aspal yang panas... Sampai akhirnya mereka lelah, lalu memilih duduk dan bergabung dengan ibu pecel beserta pembelinya.
Ah... bis yang dinanti tidak kunjung datang. Penumpang lain sudah resah, mulai gelisah, dan semakin bertumpuk banyak. Penulis masih berusaha menahan emosi negatif karena tidak ingin merusak aura bertemu dengan seseorang disana... Kali ini pikir berkelana menganalisa betapa buruknya angkutan umum di Jakarta. Terlepas dari sisi manusianya... mungkin lebih mudah melihat yang tangible (terlihat secara fisik dan kasat mata) yaitu armada dan sistem pengelolaannya. Dan hal itu pasti sudah menjadi rahasia umum... hanya yang menjadikan miris adalah apa karena sifatnya menjadi rahasia umum maka diperbolehkan untuk tidak memperbaikinya? Maksudnya ada pemahaman tentang tahu sama tahu... pemakluman bahwa memang sudah seperti itu (memang kendaraan yang secara fisik tidak layak jalan, perilaku mengemudi yang ugal-ugalan). Entahlah...
Lamunan penulis buyar, saat melihat bis yang dinanti datang... mulai dirasakan adanya gerakan mendorong dari para penumpang lain dibelakang. Ah, bahkan untuk yang seperti ini... Kondisi ini selalu menghasilkan pertanyaan yang sama dalam diri penulis, sebegitu keraskah kehidupan sampai kadang ketidakpedulian menjadi pilihan...
Sekian, have a wonderful life dear all...
-faef kartika-