Nonton TV bukan termasuk aktifitas favoritku tetapi kadang juga terpaksa nonton karena tidak ada aktifitas lain ato karena sedang menunggu di suatu tempat umum. Selain acara TV yang semakin banyak yang tidak bermutu dengan sinetron-sinetron kejar tayang nya TV Indonesia juga tidak didukung oleh Iklan Pariwara yang berkwalitas. Sebagian besar Iklan di stasiun TV di negeri ini penuh dengan "hard selling" dengan hampir tidak ada "message" ato pesan moral yang bisa disampaikan kepada pemirsa. Maka tidak menggherankan jika sebagian besar pemirsa akan segera memindah channel TV nya saat iklan ditayangkan.
Membosankan dan terlalu 'membohongi' publik itulah kesan yang sering muncul pada iklan produk-produk di TV. Dengan bahasa 'menjanjikan' yang terlalu "lebay" serta penggunaan bintang iklan untuk ikon yan terlalu memaksa sering membuat kita berpikir bahwa mereka cenderung menjual bintang iklannya dari pada produknya. Hal ini bisa menggelincirkan konsumen yang kurang peka dan kritis membeli produk tertentu HANYA arena melihat bintang iklannya tanpa melihat kwalitas barangnya.
Kebohongan dan pencucian otak pemirsa juga sering dilakukan dengan doktrinasi pemahaman sepihak demi keuntungan perusahaan. Contoh nyata adalah bagaimana gencar dan tanpa hentinya produk kosmetik pemutih wajah dan kulit berpromosi bahwa gadis ato wanita Indonesia yang cantik adalah yang berkulit PUTIH. Secara rasional jika kita mau sedikit berpikir ini adalah cara doktrinasi produsen untuk membuat konsumen membeli produknya supaya bisa dibilang CANTIK.
Jika mau jujur sebenarnya iklan-iklan tersebut lumayan 'rasis' karena di Indonesia ada banyak daerah dengan berbagai suku yang penduduk lokalnya memang berkulit sawo matang. Semua orang yang belajar Biologi di sekolah umum juga tahu bahwa ini masalah pigmen kulit. Â Produk pemutih hanya berfungsi menghambat pembentukan pigmen warna kulit kita sehinga kulit jadi lebih terang. Begitu kita berhenti memakai lotion ato produk pemutih maka warna kulit kita akan kembali ke warna aslinya. Tidakkah terpikir bahwa cepat ato lambat pasti ada pengaruh negatif dari produk pemutih tersebut pada kulit kita.
Memang tidak bisa kita memojokkan produsen kosmetik pemutih wajah dan insan periklanan karena semua itu memang akibat dari hukum pasar. Ini membuktikan bahwa konsumen Indonesia memang sebagian besar masih berada di level pemahaman produk secara visual and pencitraan tanpa lebih detail melihat pada isi atau mutu. Ini mendukung asumsi bahwa Masyarakat Indonesia lebih "nerima" untuk dibohongi dan diperdaya dengan janji-janji manis dan hasil instant.
Kalo saja iklan kosmetik di TV lebih menonjolkan fungsi produk untuk menjaga kesehatan kulit misalnya, bukan sekedar memutihkan maka mungkin saat itu nanti masyarakat Indonesia sudah lebih melihat mutu dari pada kemasannya.
Tagline produk pemutih wajah seharusnya seperti ini. How WHITE can you go, depends on how much RISK you can take!
BERANIKAH iklan di TV kita bicara kebenaran dan kejujuran? :(
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H