Mohon tunggu...
Politik Pilihan

'Sekolah Politik' Seperti Apa yang Bisa Bikin Orang Seperti Ahok?

23 Maret 2016   10:38 Diperbarui: 23 Maret 2016   11:13 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ideologi dan ketakziman partai tetap terjaga. Secara pragmatis dan modern, PAN mampu beradaptasi dengan rejim politik yang berganti menguasai panggung politik Indonesia sejak reformasi. Antisipasi ke depan adalah sejauh mana PAN mampu beradaptasi dengan melahirkan pemimpin-pemimpin muda, politisi-politisi ‘ekspert’, profesional, bersih dan kompeten sehingga mampu mendapatkan kepercayaan rakyat.

Sosok-sosok baru seperti Sekjen PAN, Eddy Soeparno, profesional bidang perbankan; Wakil Ketua Hanafi Rais, mantan akademisi muda UGM yang juga putra tertua Amien; Raja Sapta Oktohari mantan Ketua HIPMI; Mulfachri Harahap, Ketua Fraksi DPR RI; dan anak muda Yandri Susanto, politisi vokal PAN di DPR RI. Belum lagi nama-nama kader lainnya yang masih tergolong muda namun sudah cukup berperan di lingkungan masyarakatnya masing-masing.

Yang paling cemerlang tentunya adalah ide PAN untuk membuat Sekolah Politik Kerakyatan. Saya membacanya di media beberapa waktu lalu dan terkagum (https://nasional.tempo.co/read/news/2015/10/31/078714733/cetak-kader-pan-buka-sekolah-politik-kerakyatan). Ini adalah langkah brilian di masa kepemimpinan Zulhas-Eddy untuk memastikan rekrutmen, kaderisasi dan ideologisasi partai tetap berjalan di atas komitmen awalnya. Arif Mustafa, anak muda, saat ini wasekjen DPP PAN, yang mengawal sekolah ini menyatakan tujuan dibentuknya Sekolah Politik Kerakyatan adalah sebagai upaya mencetak kader muda untuk menjadi tulang punggung partai. "Cepat atau lambat, generasi akan berganti. Karena itu, kader-kader harus dipersiapkan sejak sekarang," ujar Mustafa.

 PAN menyadari bahwa mencerdaskan kehidupan berpolitik adalah kewajiban partai politik. Dengan adanya sekolah ini, PAN meyakini sudah menunaikan kewajiban tersebut. "Semua partai seharusnya punya sekolah politik sejak awal, bukan hanya dikhususkan untuk calon kepala daerah saja," tuturnya.

Jika begini, fenomena Ahok, atau calon independen, tak usah lagi dikhawatirkan. Partai politik akan selalu menjadi favorit rakyat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun