Hiruk pikuk rumah tangga kerap kali menjadi tontonan dan perbincangan yang tiada henti menarik perhatian setiap kacamata individu. Kisah romansa hingga prahara di bawah atap tempat tinggal yang sama masih menjadi alasan manis hingga pelik mengapa setiap rumah tangga mampu memiliki cerita dengan taburan khasnya masing-masing. Kehidupan keluarga di perkotaan tentu memiliki dinamika tersendiri. Tidak sedikit atap rumah tangga perkotaan tanah air yang beranggotakan lebih dari keluarga inti, melainkan juga turut berisi anggota extended family atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai keluarga sambung. Penambahan anggota keluarga selain keluarga inti dapat mempengaruhi dinamika keluarga, antara lain perubahan pola asuh anak. Peran kedua orang tua dalam mengasuh anak terkadang tidak dapat dilakukan sebagaimana idealnya karena berbagai alasan, seperti susahnya mengatur keseimbangan tanggung jawab antara pekerjaan dan rumah tangga, sehingga memerlukan keterlibatan extended family supaya anak dapat berkembang dengan baik. Namun, tinggal dalam satu rumah dengan extended family berarti anak berhadapan dengan latar belakang, tradisi, pendapat, dan pola komunikasi yang lebih beragam sehingga mereka perlu mempelajari macam-macam kepribadian dan pendapat masing-masing anggota keluarga untuk mengetahui bagaimana ia harus berperilaku.
Extended family atau yang kita kenal sebagai keluarga sambung dapat terdiri dari banyak entitas selain keluarga inti yang tinggal dalam satu atap. Rumah tangga seperti ini mampu menciptakan dinamika kehidupan keluarga yang variatif. Pengalaman tinggal bersama dapat menciptakan adanya ikatan antara generasi yang membuat keluarga bisa saling berbagi tugas dan kewajiban maupun terciptanya berbagai konflik rumah tangga baru. Jika hubungan antar anggota terjalin dengan kuat dan fleksibel, maka mampu meminimalisir adanya konflik yang sulit diselesaikan. Pengalaman yang dirasakan setiap anggota keluarga tentu saja berbeda dengan mereka yang hanya tinggal dengan keluarga inti. Pola asuh kerap kali menjadi perbincangan yang mau tidak mau harus dihadapi. Maka sebab itulah, komunikasi antar anggota keluarga memegang peran penting dalam rumah tangga ini demi terciptanya kehangatan dalam rangka pola asuh dan tumbuh kembang sang buah hati.
Permasalahan manajemen keluarga yang dinamis seperti penambahan peran anggota tentu tidak luput dari siklus hidup keluarga. Siklus hidup keluarga terus mengalami perkembangan sejak tiga dekade terakhir. Khususnya di Tiongkok, perubahan besar dalam nilai-nilai masyarakat tak henti-hentinya mengalami lonjakan ketika masyarakat berupaya mewujudkan nilai-nilai pribadi dan meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, gagasan gender di Tiongkok juga menjadi perbincangan hangat. Menurut Putri Dwi, tahapan siklus hidup keluarga dapat berdampak pada pendapatan, pembelian barang, simpanan, dan perasaan subjektif terhadap posisi di Indonesia. Pola asuh anak juga menjadi salah satu hal yang terkena dampak dari perkembangan siklus hidup keluarga yang kian mengalami perubahan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan enam narasumber yang tinggal dengan keluarga sambung, dapat disimpulkan bahwa peran anggota keluarga sambung bervariasi tergantung pada konteks keluarga masing-masing. Dalam beberapa kasus, extended family, seperti nenek, berperan dalam mengasuh dan membantu dalam tanggung jawab rumah tangga, terutama ketika kedua orangtua bekerja. Meskipun terdapat perbedaan tradisi dan kebiasaan antara keluarga inti dan extended family, hal tersebut tidak selalu mempengaruhi pola asuh terhadap anak. Kesamaan dalam pola asuh dapat tetap terjaga, dan peran extended family dianggap memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan konsep diri anak-anak dalam keluarga inti.
Di sisi lain, dalam beberapa kasus lainnya, terdapat perbedaan pola asuh dan tradisi antara keluarga inti dan keluarga sambung. Meskipun demikian, konflik yang muncul akibat perbedaan ini cenderung dapat diselesaikan melalui komunikasi dan musyawarah, sehingga tidak mengganggu secara signifikan dinamika keluarga inti. Dalam keseluruhan wawancara, hadirnya extended family, baik sebagai nenek, bibi, atau ibu dari narasumber, memiliki peran penting dalam mendukung keluarga inti, baik dalam pengasuhan anak-anak, pengelolaan rumah tangga, atau memberikan rasa kasih sayang tambahan. Kesepakatan dan koordinasi antara anggota keluarga, termasuk extended family, menjadi kunci penting dalam menjaga harmoni dan kebahagiaan keluarga.
Dinamika extended family dengan keluarga inti memiliki dampak yang signifikan pada manajemen sumber daya manusia dalam keluarga. Perbedaan dalam tradisi, pandangan, dan peran antara keluarga inti dan extended family sering menjadi sumber konflik dalam keluarga. Ketidaksepahaman ini bisa mempengaruhi pola asuh anak, terutama ketika perbedaan tersebut tidak ditangani dengan baik. Namun, pada beberapa kasus, peran keluarga sambung, terutama dalam keluarga berpenghasilan ganda, dapat membantu menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga.
Kehadiran dan peran keluarga sambung dalam keluarga besar memiliki dampak yang signifikan. Mereka bukan hanya sumber dukungan emosional, tetapi juga berperan dalam pengasuhan anak, mewariskan nilai-nilai budaya, dan bahkan memberikan dukungan finansial dalam situasi tertentu. Selain itu, keluarga besar membantu membentuk citra diri anak, memberikan pengalaman beragam dalam hubungan keluarga, dan memainkan peran penting dalam memasyarakatkan nilai-nilai sosial dan budaya yang positif.
Perbedaan dalam pola asuh anak dapat terjadi ketika extended family terlibat dalam pengasuhan. Perbedaan ini sering disebabkan oleh perbedaan tradisi dan perbedaan generasi antara keluarga inti dan extended family. Peran extended family yang lebih tua dapat mempengaruhi cara pola asuh yang berbeda. Namun, komunikasi dan kompromi antara keluarga inti dan extended family penting untuk mengatasi perbedaan ini dan menciptakan lingkungan pengasuhan yang seimbang.
Hadirnya extended family dalam keluarga dapat memiliki dampak positif dan negatif. Extended family memberikan dukungan emosional, pengetahuan budaya, dan kepedulian. Namun, juga dapat menyebabkan konflik keluarga, ketergantungan finansial yang berlebihan, hilangnya privasi, tekanan budaya, dan ketergantungan emosional. Penting untuk memahami bahwa pengelolaan yang baik dan komunikasi yang terbuka di antara anggota keluarga adalah kunci untuk menghindari dampak negatif dan menjaga keharmonian dalam keluarga.