Mohon tunggu...
Nur Fadly Ryzqy
Nur Fadly Ryzqy Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Mencintai bangsa Indonesia dan segenap isi di dalamnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Auf Wiedersehn (Part II)

23 Februari 2013   06:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:50 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

musim gugur 2005

Herr Professor Rudolf Scmidt, atau kami sering mamanggilnya “Herr Drachen”. Jika profesor yang satu ini marah, maka mati kutu semua staff pengajar, maupun mahasiswa laboratorium. Tidak ada satupun yang berani melawan, meringis saja kami tidak berani. Banyak yang bilang profesor kami ini datang dari langit karena dia tidak pernah memberi nilai A untuk mahasiswa, tapi siapa sangka sebenarnya beliau adalah seorang penyayang anak-anak.

Cerita ini terjadi ketika aku turun dari sebuah trem, waktu itu tanpa sengaja aku melihat beliau tengah bersama seorang anak kecil, si anak kecil menangis tersedu, namun kemudian sang profesor mengajaknya ke sebuah stan kecil yang menjual es krim, untuk membelikan anak itu es krim, tak lupa beliau juga membeli sebuah balon di dekat nya. Aku terus mengikuti beliau, berharap akan mendapatkan sebuah kisah menarik. Anak itu tidak lagi menangis dia justru tertawa terbahak – bahak bersama beliau, entah apa yang beliau lakukan, sang anak kecil kemudian tertidur pulas dengan damai  di pangkuan nya.

Tidak lama waktu berselang, seorang ibu muda mendatangi beliau, baru aku menyadari ternyata anak itu tengah tersesat dan mencari ibunya, beruntung ibu muda itu telah tanggap, dengan meletakkan nomor telpon pada liontin yang dikenakan anaknya, dan profesor Schmidt  dengan baik hati telah menjaga si anak itu hingga ibunya datang. Suatu hari profesor Schmidt bercerita padaku tentang anaknya “Helsen”, begitu nama panggilan untuk anak laki-laki tampan dan enerjik tersebut, namun saat menginjak remaja ia meninggal akibat kecanduan, sejak itu beliau merasa terlalu memanjakan anaknya, dan sampai sekarang membuatnya bersikap keras dan tegas, terutama terhadap mahasiswa bimbingannya.

Setelah aku menyelesaikan tugas dari profesor, buru-buru aku pergi meninggalkan laboratorium, kutemui Mely di bawah satu-satu nya pohon berdaun merah  di sebelah perpustakaan, biasanya di akhir pekan seperti hari ini Mely akan mangajakku pergi mencari tempat-tempat yang tidak pernah kami datangi sebelumnya, lalu kami akan bercerita panjang lebar mengenai kejadian sehari-hari yang terjadi di antara kami, masa kecil, bahkan cita-cita yang ingin kami raih. Setelah lelah mengobrol sepanjang hari, kami kemudian menyusuri sepanjang  jalan pulang  sambil berjalan kaki sambil mengabadikan momen – momen berharga. Aku dan Mely  telah menjadi seorang kekasih sejak satu tahun yang lalu, namun demikian aku tetap memberikan jarak di antara kami dan ia setuju, dia sangat menghargai prinsip ku, di sisi lain aku sangat mencintainya.

(to be continoued…to part 3)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun