Kakek bayi-bayi tersebut, Nabi Adam, memberi nama Anwas (Nasa, dalam Jitapsara) kepada cucunya yang berwujud bayi laki-laki (dari Dewi Mulat) dan Anwar (Nara, dalam Jitapsara) kepada cucunya yang berwujud cahaya (persatuan antara anak Dewi Mulat dan anak Dlajah).
Setelah dewasa, Anwas tekun beribadah kepada Allah, sementara Anwar gemar bertapa dan berkelana hingga bertemu dengan Malaikat Azazil , kakeknya, dan berguru kepadanya. Anwar mendapatkan berbagai ilmu kesaktian. Bisa berubah sebagai laki-laki atau perempuan, bisa menghilang dan kasat mata (tidak bisa diindera). Juga bisa terbang ke angkasa dan masuk ke perut bumi.Â
Ketika Anwar pulang dan bertemu Nabi Adam, maka kakeknya melihat berubahnya perilaku cucunya itu. Nabi Adam paham bahwa perubahan itu dikarenakan ulah Azazil dan berkata kepada Nabi Seth, bahwa kelak Anwar akan murtad dari ajaran agama yang dipeluk kakek dan ayahnya.
Demikianlah uraian singkat cerita tentang Nabi Seth dalam naskah-naskah dari Nusantara.Â
Yang menarik, Cerita tentang Nabi Seth yang banyak bersentuhan dengan Azazil atau Iblis yang dikisahkan dalam naskah-naskah Nusantara, sangat tampak ada keidentikan dengan kisah Dewa Kubera dalam teks era Weda yang merupakan teks suci agama Hindu yang paling tua.Â
Dalam teks Weda, Kubera digambarkan sebagai pemimpin roh jahat. Bahkan teks bergengsi seperti Shatapatha Brahman juga menganggapnya sebagai pemimpin pembunuh dan penjahat. Shatapatha Brahmana berisi komentar tentang Yajurveda. Komentar  ini dikaitkan dengan orang bijak Weda Yajnavalkya. Digambarkan sebagai yang paling lengkap, sistematis, dan penting terkait komentar tentang Weda.  Shatapatha Brahmana berisi penjelasan rinci tentang ritual pengorbanan Weda, simbolisme dan mitologi.
Di kemudian hari, dalam Purana, Kubera mendapat kehormatan dengan status dewa. Bahkan Manusmriti berbicara positif tentangnya. Dia disebutkan dalam Ramayana dan Mahabarata dengan kualitas keilahian yang tidak perlu dipertanyakan lagi.
***
Sepertinya hal Nabi Seth yang dipersonifikasi sebagai Dewa Kubera penjaga arah (yakni utara), Nabi Idris pun mengalami hal serupa. Dia dipersonifikasi sebagai Dewa Varuna, Penjaga arah barat. Baca ulasan mengenai Nabi Idris di artikel ini: The Figure of the Prophet Idris (Enoch) in Various Religious Traditions and Mythology.
SEKIAN.
Â