Dalam tradisi kuno, Kubera dikenal sebagai 'bendahara para dewa' dan 'raja Yaksha'. Dia adalah representasi sejati dari kekayaan, kemakmuran dan kemuliaan. Kubera tidak hanya mendistribusikan, tetapi juga menjaga dan melindungi seluruh harta alam semesta ini. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai penjaga kekayaan.
Kubera juga dikenal sebagai penguasa Utara (Dik-pala), dan pelindung arah (Lokapala). Dia telah diberikan otoritas eksklusif atas arah Utara (Uttara disha).Â
Banyak julukan yang memuji dia sebagai penguasa berbagai spesies semi-ilahi dan pemilik harta dunia. Kubera sering digambarkan dengan tubuh montok, berhiaskan permata, membawa pot uang dan pentungan.
Dia pada awalnya digambarkan sebagai pemimpin roh jahat dalam teks era Weda. Kubera memperoleh status Dewa hanya dalam Purana dan epos Ramayana. Dalam naskah epos tersebut dijelaskan bahwa Kubera pernah memerintah Lanka, tetapi digulingkan oleh saudara tirinya yang jahat, Rahwana, yang kemudian menetap di kota Alaka di Himalaya.
Kubera juga telah berasimilasi dengan panteon Buddha dan Jain. Dalam agama Buddha, ia dikenal sebagai Vaisravana, patronimik yang digunakan Hindu Kubera dan juga disamakan dengan Pacika, sedangkan dalam Jainisme, ia dikenal sebagai Sarvanubhuti.
Kubera Dalam Naskah Ramayana
Dewa Kubera berasal dari pohon keluarga Dewa Brahma. Dia adalah putra Vishrava dan Idavida. Vishrava juga menikah dengan putri iblis Kaikesi, yang mengasuh empat anak: Rahwana, Kumbakarna, Vibhishana dan Surpanakha. Jadi Lord Kubera juga merupakan saudara tiri Rahwana.
Kubera menikah dengan Kauberi dan mereka memiliki empat anak. Tiga orang putra bernama Nalakubara, Manigriva, Mayuraja dan seorang putri bernama Meenakshi.Â
Nabi Seth Menurut Literatur NusantaraÂ
Cerita tentang sosok Nabi Seth dapat kita temukan dalam naskah Babad Tanah Jawi, yaitu karya sastra bertema sejarah yang berbentuk tembang.Â
Naskah Babad Tanah Jawi memuat silsilah cikal bakal raja-raja tanah Jawa, Silsilah tersebut tersusun mulai dari nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja tanah Jawa.
Dalam naskah Babad Tanah Jawi ceritakan bahwa Nabi Adam memiliki anak 40 pasang kembar. Nabi Adam berkehendak menjodohkan anak-anak kembar dampitnya dengan cara silang. Namun Siti Hawa, isterinya, menentang dan ingin menjodohkan anak kembar dampitnya dengan pasangan masing-masing. Alasan Hawa, Â sudah merupakan ketentuan takdir dijodohkan sejak dalam kandungan.Â
Dalam pertengkaran antara Adam dan Hawa tersebut, dalam keadaan marah keduanya mengeluarkan rahsa yang diterjemahkan sebagai "darah " atau "dayaning urip" (daya hidup).