Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Microdosing LSD, Meningkatkan Kreativitas Ala Silicon Valley

4 Maret 2023   16:19 Diperbarui: 4 Maret 2023   16:25 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: www.ft.com - Daren Newman)

Huxley berpendapat bahwa pikiran manusia menyaring realitas dalam keadaan normal dan zat psikedelik menghilangkan filter tersebut, membuat penggunanya terpapar pada Pikiran Luas.  

Huxley melihat zat psikedelik menawarkan kemungkinan mengalami keadaan kesadaran yang luar biasa kepada orang-orang yang tidak memiliki bakat pada pengalaman visioner (kemampuan yang umumnya dimiliki para mistikus, orang suci, dan seniman hebat). Baginya zat ini adalah kunci untuk membuka pintu persepsi baru.

Keyakinan kuat Huxley ini mendorong ia tidak menyebut zat seperti mescaline atau LSD sebagai "obat", karena "obat" dalam pandangannya memiliki arti yang merendahkan. Dia merasa penting secara semantik untuk membedakan jenis zat aktif dengan obat-obatan yang lain. Walau demikian, dalam novelnya 'Island' - yang menceritakan sebuah pulau utopis di mana ilmu pengetahuan, kearifan timur dan mistisisme bersatu dengan baik - ia menyebut zat psikedelik sebagai 'obat moksha'.

Siklus 30 tahun Budaya Psikedelik

Setelah ledakan zat psikedelik yang dimotori  LSD di era 60-an, yang melahirkan budaya psikedelik dengan Rock Psikedelik sebagai produk utama (yang mempengaruhi perkembangan genre musik yang muncul kemudian), di tahun 90-an kembali terjadi ledakan  zat psikedelik yang dimotori Pil Ekstasi. Dan musik, tetapi menjadi saluran utama ledakan tersebut. Pil Ekstasi membawa Era tahun 90-an ke dalam hentakan musik yang berdenyut, cahaya, keintiman menari di antara ratusan orang yang berpesta hingga berhari-hari.

Jadi, setelah ledakan di era 60-an dan 90-an, apakah akan ada ledakan zat psikedelik di era 2020-an ini?

Banyak yang menganggap kebangkitan zat psikedelik itu telah di mulai dengan cara yang tenang. 

Selain Steve Jobs yang jelas-jelas mengaku sebagai penggunan LSD dan bahkan mengisyaratkan pentingnya LSD dalam keberhasilan kariernya, ada banyak orang-orang yang bekecimpung dalam dunia kreatif dan teknologi yang juga sudah menerapkan penggunaan LSD dalam cara yang lebih moderat atau katakanlah "mencari aman" agar tidak dijerat hukum.

Cara moderat itu diistilahkan Microdosing, di mana LSD digunakan  dalam takaran dosis mikro sekitar 5 mikrogram. Pemakainya kemudian kadang disebut 'Mikrodoser'.

Microdosing LSD bisa dikatakan telah menjadi trend atau budaya baru di antara mereka yang berkecimpung di perusahaan starup. Banyak pendiri starup di Silicon Valley misalnya, yang mengaku, penggunaan LSD dalam dosis mikro membantu mereka dalam meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan fokus. 

Dalam sebuah artikel berbahasa Inggris yang saya baca (yang membahas topik mengenai Microdosing), seorang Mikrodoser bernama Diane mengatakan: LSD adalah pertanda zaman. Dia mengatakan, LSD adalah zat yang sangat fleksibel, memperkuat apa pun yang terjadi di otak Anda. Kita semua terobsesi dengan produktivitas, dan itulah alasan kita menggunakannya.

Satu hal yang terbayang dalam pikiran saya saat ini adalah bahwa: Apa mungkin kecerdasan mesin yang didukung kecerdasan artifisial (AI), pada titik tertentu di masa depan, hanya bisa diatasi oleh kecerdasan otak manusia yang mengakses server alam semesta dengan bantuan stimulus dari zat seperti LSD? -  AI-Robot Humanoid Vs Neuronaut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun