Yajuj Majuj atau Gog Magog (dalam literatur barat), adalah subjek yang menempati posisi penting dalam literatur apokaliptik agama Samawi.
Literatur yang tersedia menunjukan bahwa mereka adalah manusia biasa seperti kita. Dalam kitab Yehezkiel misalnya, disebutkan " Gog berasal dari tanah Magog, pangeran utama Mesekh dan Tubal " (Yehezkiel 38:2 ).
Selama ribuan tahun, Yajuj Majuj telah menjadi fokus perhatian para penafsir yang mencoba mengaitkannya dengan suatu bangsa atau tempat tertentu.
Pada abad ke-1 M, sejarawan Yahudi Josephus, misalnya, mengklaim bahwa Yajuj Majuj adalah suku bangsa Skithia (Scythians) yang bermukim di sekitar wilayah laut hitam. mereka keturunan Magog putra dari Yafet bin Nuh. Menurutnya, orang Yunani menyebut mereka: Scythia Magogia.
Sekadar intermezo... Dalam bahasa Tae yang digunakan di Luwu dan Toraja, ada kata Magoga' (identik dengan magog) dan Majuja (identik dengan majuj. Dalam Al Quran memang tertulis majuja). Kedua kata ini artinya sama, kurang lebih "pembuat kekacauan". Nampaknya makna ini merujuk pada karakter Yajuj Majuj.
Getica Jordanes, seorang birokrat Romawi Timur abad ke-6 menyebutkan Magog sebagai nenek moyang orang Goth.
Uskup Johannes Magnus (1488-1544), seorang teolog dan sejarawan, menyatakan bahwa Magog bermigrasi ke Skandinavia (melalui Finlandia ) 88 tahun setelah banjir, dan bahwa kelima putranya adalah Suenno (leluhur orang Swedia), Gethar (atau Gog, nenek moyang orang Goth), Ubbo ( yang kemudian memerintah Swedia dan membangun Old Uppsala ), Thor , dan Jerman.Â
Laporan Uskup Magnus ini diterima di Istana Swedia untuk waktu yang lama, dan bahkan menyebabkan nomor dinasti raja Swedia diberi nomor yang sesuai. Ratu Christina dari Swedia menganggap dirinya sebagai nomor 249 dalam silsilah raja-raja yang berakar pada Magog. Magnus juga mempengaruhi beberapa sejarawan kemudian seperti Daniel Juslenius (1676-1752), menyatakan bahwa akar Finlandia juga dari Magog.
Menurut beberapa kronik Irlandia abad pertengahan, terutama Auraicept na n-Eces dan Lebor Gabala renn, ras Irlandia adalah termasuk keturunan Magog putra Yafet dari "Scythia". Baath mac Magog (Boath), Jobhath, dan Fathochta adalah tiga putra Magog.Â
Fenius Farsaid, Partholon, Nemed, Fir Bolg, Tuatha de Danann, dan Milesian termasuk di antara keturunan Magog. Magog juga seharusnya memiliki seorang cucu bernama Heber, yang keturunannya menyebar ke seluruh Mediterania.
Ada juga legenda Hongaria abad pertengahan yang mengatakan Hun (bangsa nomaden yang tinggal di Asia Tengah, Kaukasus, dan Eropa Timur antara abad ke-4 dan ke-6 Masehi), serta Magyar ( etnis asli Hongaria), adalah keturunan dari saudara kembar bernama Hunor dan Magor, yang tinggal di tepi laut Azov (sebelah utara laut hitam) pada tahun-tahun setelah banjir. Versi legenda ini pada abad ke-14 menyamakan Magor ini dengan Magog, putra Yafet.
Dalam Islam
Gog Magog yang dalam Islam lebih dikenal dengan sebutan Yajuj Majuj muncul dibahas dalam Al-Qur'an surat Al Kahfi ayat 83-99, dan surat Al Anbiya ayat 96.
Dalam tradisi Islam, Yajuj Majuj dianggap oleh para ulama sebagai tantangan terakhir umat sebelum hari kiamat tiba. Muncul setelah perang melawan Dajjal.
Seperti halnya penafsir barat, tradisi Islam juga menyatakan bahwa Ya'juj dan Ma'juj adalah keturunan dari Majuj (Magog) putra Japheth bin Nuh.
Dari Majuj (Magog) muncul ras Turki-Slavonik-Mongol. Nabi (saw) menggambarkan mereka sebagai orang yang tegap dan memiliki rambut merah, mata kecil dan wajah lebar, datar, seperti perisai.Â
Identifikasi Asal Usul Yajuj Majuj menurut bunyi surat Al Kahfi ayat 86-99
Uraian identifikasi yang akan saya ulas ini belum pernah disampaikan oleh siapa pun. Ini tampaknya disebabkan oleh karena kurangnya pencermatan bunyi ayat 86-99 surat Al Kahfi -- sebagai ayat yang sesungguhnya mengisyaratkan sebuah tempat.
Surat Al Kahfi ayat 86-90 berbunyi:
Ayat 86: Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu kaum (tidak beragama). Kami berfirman, "Wahai Zulkarnain! Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka."
Ayat 87: Dia (Zulkarnain) berkata, "Barangsiapa berbuat zalim, kami akan menghukumnya, lalu dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, kemudian Tuhan mengazabnya dengan azab yang sangat keras.
Ayat 88: Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka dia mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah."
Ayat 89: Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain).
ayat 90: Hingga ketika dia sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur) didapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya matahari) itu,
Dalam ayat di atas, kalimat isyarat berada pada ayat 86 "dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam", dan ayat 90 "Hingga ketika dia sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur) didapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya matahari) itu"
Dalam terjemahan internasional bunyi  "tagrubu f 'ainin ami`atin" diterjemahkan menjadi "terbenam di badan air yang gelap," Sementara dalam terjemahan Indonesia (Departemen Agama) "terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam." Kedua bentuk terjemahan ini saya pikir sama saja. Bagaimanapun, ini adalah kalimat isyarat, yang setelah saya cermati, ada kemungkinan merujuk pada "laut hitam" (badan / mata air (ainin) = laut, lumpur gelap (ami`atin) = hitam).Â
Jika dalam ayat 86 ini kita asumsikan bahwa di "laut hitam" Zulkarnain melihat matahari terbenam (di sebelah barat) maka, kita dapat mengidentifikasi bahwa bunyi ayat ini mengisyaratkan -- pada itu posisi Zulkarnain sedang berada di wilayah pesisir timur dari laut hitam.
Yang menarik, identifikasi awal ini didukung oleh bunyi ayat selanjutnya, yang mengabarkan bahwa Zulkarnain melanjutkan perjalanannya ke arah timur.
Jika pesisir timur laut hitam menjadi titik tolak perjalanan Zulkarnain selanjutnya ke arah timur, maka, dalam beberapa waktu kemudian dia memasuki wilayah Kazakhstan yang sebagian besar merupakan wilayah padang rumput yang terbuka sangat luas -- merupakan bagian dari stepa Eurasia yang membentang luas dari Rumania, Moldova melewati Ukraina, Rusia, Kazakhstan, Xinjiang, dan Mongolia menuju Manchuria.
Tampaknya, kondisi stepa yang terbuka tanpa ada pepohonan untuk berlindung dari matahari yang, diisyaratkan dalam ayat 90 dengan kalimat: ...didapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya matahari) itu.
Identifikasi surat Al Kahfi ini bisa dikatakan mengkonfirmasi kebenaran pendapat penafsir-penafsir sebelumnya yang mengatakan bahwa Yajuj Majuj ada suku bangsa yang menduduki wilayah dari laut hitam hingga ke arah dataran mongolia.
Jadi, bagaimana menjabarkan semua informasi di atas agar sinkron dengan narasi akhir zaman?Â
Diriwayatkan dalam hadits an-Nawwas bin Sam'an Radhiyallahu anhu, bahwa:
"Allah mewahyukan kepada Isa, "Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaKu. Tidak ada seorang pun dapat mengalahkannya, maka kumpulkanlah hamba-hambaKu ke gunung Thur, kemudian Allah mengutus Yajuj dan Majuj, mereka datang dari setiap tempat yang tinggi."
Maka kelompok pertama dari mereka melewati danau Thabariyyah, mereka meminum airnya, lalu orang yang belakangan dari mereka berkata, "Di danau ini dulu pernah ada airnya."
Nabiyullah Isa dan para Sahabat dikepung, sehingga pada hari itu kepala seekor sapi lebih berharga daripada seratus dinar milik salah seorang dari kalian.
Kemudian Nabiyullah Isa dan para Sahabat berdo'a kepada Allah, lalu Allah mengutus ulat-ulat pada leher-leher mereka (Yajuj dan Majuj), akhirnya mereka semua mati bagaikan satu jiwa yang mati.
Kemudian Nabiyullah Isa dan para Sahabat turun (dari gunung) ke bumi, dan ternyata mereka tidak mendapati satu jengkal pun di bumi kecuali penuh dengan bau busuk dan bangkai mereka.
Selanjutnya Nabiyullah Isa dengan para Sahabatnya berdo'a kepada Allah, maka Allah mengutus sekelompok burung yang lehernya bagaikan leher unta, lalu burung tersebut mengambil dan melemparkan bangkai-bangkai itu ke mana saja sesuai dengan kehendak Allah."
Bunyi hadits di atas menggambarkan Yajuj Majuj sebagai suatu golongan yang sangat besar jumlahnya -- yang bahkan kelompok muslim yang di situ ada Isa pun tak mampu melawan mereka.
Jika merujuk pada semua informasi yang telah saya urai di bagian awal -- yang mengambarkan bahwa Yajuj Majuj adalah golongan bangsa nomaden yang mendiami sebagian besar wilayah stepa Eurasia dari mongolia hingga laut hitam (wilayah kaukasus) -- yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa --
maka, mungkin kita dapat membayangkan bahwa "Yajuj Majuj" yang di akhir zaman dihadapi Isa dan kaum muslim, adalah gabungan orang-orang yang menghuni daratan Mongolia dan Cina -- Asia tengah -- hingga daratan Eropa. Jika demikian, ya, tentu saja jumlahnya memang sangat besar.
Saya melihat, ada kemungkinan penyatuan kekuatan besar ini mesti kita lihat sebagai lanjutan dari bagian akhir hadits yang menceritakan tentara Muslim dan tentara Rum -- yang setelah memenangkan pertempuran -- kemudian dikatakan bangsa Rum mengkhianati tentara Islam.
Berikut ini saya berikan penggalan bagian akhir hadits tersebut...
"...Maka seorang laki-laki dari kaum salib mengangkat tanda salib seraya berkata, 'Salib telah menang'. Maka marahlah seorang laki-laki dari kaum Muslimin kepadanya, lalu ia mendorongnya dan jatuh (meninggal). Pada waktu itu orang-orang Rum berkhianat, dan mereka berkumpul untuk memerangi kamu di bawah 80 bendera, dimana tiap-tiap bendera terdapat 12 ribu tentara."
Jadi, 80 bendara itu, bisa jadi adalah jumlah bendera negara-negara yang bersatu dengan barisan tentara bangsa Rum.
Karena saat ini, menurut catatan kompas (baca di sini "Daftar Negara di Benua Asia dan Ibu Kota, Jumlahnya 48" dan di sini "Daftar Negara Eropa") Jumlah negara di Asia adalah 48 dan jumlah negara di Eropa juga 48. Jika digabungkan, total 96 negara.
Karena jumlah bendera yang disebut dalam hadits adalah 80 maka, ada 16 negara -- entah itu negara di Asia atau Eropa -- yang tidak bergabung dalam aliansi tersebut.
Jadi, ketika di perang pertama disebutkan muslim bergabung dengan bangsa Rum (Rusia sebagia "Roma Ketiga") itu karena hanya dua pihak ini saja yang ingin disebut dalam hadits tersebut.
Namun ketika Bangsa Rum berkhianat, lalu membuat aliansi dengan negara-negara yang berakar pada bangsa Skithia kuno (bangsa nomaden di stepa Eurasia yang merupakan nenek moyang orang Eropa), maka, sebutan Yajuj Majuj (Magog) sebagai leluhur orang Mongol, Asia tengah dan Eropa menjadi penyebutan yang tepat untuk menyatakan aliansi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H