Saya tanya: Apakah anda pernah mendapatkan penjelasan bunyi surat Al Baqarah ayat 31 dikemukakan oleh ilmuwan Islam dalam kitab-kitabnya, seperti yang saya sampaikan?
Saya telah mencermati subjek ini. Tidak seorang ulama pun yang saya dapati pernah menyampaikan penjelasan seperti yang saya sampaikan. Setidaknya hingga abad kesepuluh ketika Al Tabari menyusun The History of al-Tabari --- dalam volume 1, pada bagian di mana Al Tabari merangkum pendapat beberapa ulama tentang makna bunyi surat Al Baqarah ayat 31 Â --- saya tidak menemukan ada seorang pun ulama yang menyampaikan pendapat seperti yang saya sampaikan.
Misalnya, Menurut Muhammad b. 'Amr -- Abu' Aim (al-Nabil) -- 'Isa b. Maymun -- Ibn Abi Najih -- Mujahid, yang mengomentari firman Tuhan: "Dan Dia mengajarkan Adam semua nama," -- mengatakan: (Nama-nama) semua yang telah diciptakan Allah.
Menurut Ibn Waki -- Sufyan -- Khasif -- Mujahid, yang mengomentari firman Allah: "Dan Dia mengajarkan Adam semua nama," -- mengatakan: Dia mengajarinya nama-nama segala sesuatu.
Menurut Sufyan (b. Waki ') -- ayahnya -- Sharik (b.' Abdallah al-Nakha'i) --- Salim al-Aftas --- Sa'id b. Jubayr: Tuhan mengajarinya nama semuanya hingga ke unta (ba'ir), sapi, dan domba.
Menurut al-Hasan b. Yahya -- 'Abd al-Razzaq -- Ma'mar -- Qatadah, yang mengomentari firman Allah: "Dan Dia mengajarkan Adam semua Nama-nama," -- mengatakan: Dia mengajarinya nama segala sesuatu, ..seperti: Ini adalah gunung, ini adalah seperti itu, dan itu adalah seperti ini dan itu. "Kemudian Dia mempresentasikan" nama-nama itu kepada para malaikat dan berkata: Beritahu Aku nama-nama ini, jika Anda mengatakan kebenaran!"
[Muhammad ibn Yarir al-Tabari. The History of al-Tabari Vol. 1: General Introduction and From the Creation to the Flood. translated by Franz Rosenthal (New York: State University of New York Press, 1989) hlm 267-268]
Jadi, jika tidak ada seorang pun ulama yang menyampaikan seperti apa yang saya sampaikan, apakah saya yang salah? apakah kamu ingin mengatakan pendapat saya cocokologi? --- Afala Ta'qilun, apakah kamu tidak berpikir?
***
Setelah membahas "esensi bahasa Adam" dan jejak perkembangannya ke dalam bahasa Austronesia, saya melanjutkan pembahasan ke wilayah garapan Nabi Idris, yaitu "makna-makna simbolik" yang akrab digunakan orang-orang di masa kuno.
Kita ketahui, Hermeneutika sebagai salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna, berasal dari nama lain Idris, yaitu: Hermes. Jadi, belajar Hermeneutika sesungguhnya adalah upaya mengikuti alam berpikir nabi Idris atau Hermes agar makna sesuatu yang sifatnya simbolik dapat diinterpretasi dengan benar.