Demikian pula kata 'buttaz' dari bahasa Proto Germanic, sinonim dengan kata 'butassik'Â dalam bahasa tradisional sulawesi selatan yang juga berarti: bau busuk (merujuk pada bau dari lubang pantat atau bau comberan).
Kata 'buttuc' yang bermakna "akhir" dalam bahasa Inggris kuno, juga identik dengan kata 'buttu'Â dalam bahasa tradisional Sulawesi selatan yang mana, sinonim dengan kata 'buntu' dalam bahasa Indonesia.
Yang mengalami pergeseran makna adalah antara kata 'zadok' dalam bahasa slovakia yang berarti "pantat", dengan kata 'cadok' dalam bahasa tradisional di sulawesi selatan (tae / bugis) yang berarti: duduk.
Secara umum, penjelasan makna untuk kata 'butt' dalam bahasa Inggris adalah: Akhir dari pembuangan suatu limbah (kotoran) / Akhir dari sesuatu / batas / tujuan / tamat.
Penjelasan makna dari kata 'butt' dalam bahasa Inggris ini, senada dengan makna kata 'BANTA' yang telah saya sebutkan di bagian awal, yaitu: ujung, atau akhir -- yang mengacu pada ujung tanah atau daratan.
Demikianlah, seluruh uraian di atas menunjukkan jika kata 'pantai' memiliki keterkaitan erat dengan kata pantat atau panta' atau 'banta' sebagai bentuk paling kunonya.
Yang menarik, hal ini nampaknya telah dipahami dan dianalogikan secara geografis dari sejak masa lampau oleh orang-orang di pesisir selatan jazirah Sulawesi selatan, terutama masyarakat lokal di Bantaeng.
Jika toponim Bantaeng dianalogikan sebagai 'pantat' maka, gunung besar yang berada di sebelah utara Bantaeng, yaitu gunung lompo battang, dianalogikan sebagai "perut" karena, secara harfiah dalam bahasa Makassar, Lompo Battang berarti "perut besar" (lompo= besar, battang= perut).
Selanjutnya, lebih ke utara lagi dari gunung Lompo Battang, terdapat gunung Bawakarang yang, secara harfiah dalam bahasa Makassar bermakna "mulut karaeng" (bawa= mulut, karaeng= tuan, raja, dan kadang juga diperuntukkan untuk menyebut Tuhan).
Dari bentuk analogi yang terdapat dalam kearifan lokal masyarakat pesisir selatan pulau Sulawesi ini, jelaslah bahwa kata 'banta' selain dapat berarti 'pantai', juga dapat berarti 'pantat'. Dalam hal ini pula, dapat kita pahami bahwa kata 'pantai' dan 'pantat' selain identik dalam hal susunan fonetis, juga terbukti memiliki akar filosofi makna yang sama.