Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal Usul Nama "Mihrab" dan "Cella", Tempat Paling Sakral di Dalam Kuil

23 Februari 2021   07:48 Diperbarui: 23 Februari 2021   09:52 2135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam bahasa Sanskerta/ India, khususnya di wilayah timur Uttar Pradesh, kata Beera berarti "berani", yang kita ketahui merupakan perlambangan sifat dari warna merah. Di sisi lain, antara kata 'beera' dan 'mera(h)' terlihat identik secara fonetis, dapat diduga ada fenomena perubahan fonetis labial; b dan m.

Dalam tradisi orang Indian "Wyandot" yang menghuni kawasan Amerika Utara, kata 'Myeerah' memiliki hubungan erat dengan makna bahari. Dalam tradisi mereka Myeerah berarti "Berjalan di Air." Karena itu nama ini biasa digunakan sebagai nama kapal (sumber di sini). Dalam tradisi suku Wyandot ini, dapat diduga jika sifat "merah berarti berani" mendasari makna 'Myeerah' dalam tradisi mereka yang menunjukkan sifat berani dalam tradisi bahari mereka, yaitu berani mengarungi lautan.

Mihra(b) yang berasal dari kata Merah

Ulasan di atas menunjukkan fakta bahwa, dengan cara yang luar biasa bahasa berkembang dalam peradaban manusia. "Cella" sebagai nama sebuah pulau, dan di sisi lain sebagai sebuah kata yang bermakna "merah" (dengan beberapa kata turunannya: mira, bira, cella, cera, eja) telah bermorfologi melahirkan kata-kata baru dalam tradisi bahasa pada berbagai suku bangsa di dunia.

Jika 'Cella' berarti "merah" dalam bahasa Tae (bahasa tradisional di sulawesi selatan) maka, susunan fonetis pada kata 'Mihrab' pun sebenarnya terlihat identik dengan susunan fonetis dengan kata "merah". Mihra(b)= Mira (merujuk pada sebutan batu mira delima) = merah.

Dengan keseluruhan penjelasan di atas, semoga pembaca telah dapat melihat bahwa kata 'Cella' dan 'Mihrab' sebagai sebutan tempat paling suci dalam sebuah kuil sesungguhnya memiliki profil Linguistik historis yang sama persis.

SEKIAN.

[Artikel ini sebelumnya telah tayang di blog saya: fadlybahari.wordpress.com]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun