Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencermati Bait Bagian Akhir Jangka Jayabaya dan Relevansinya dengan Situasi Sekarang (Bagian 3)

3 Januari 2021   08:07 Diperbarui: 3 Januari 2021   08:07 6053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bait 167.
waskita pindha dewa / bisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahira / pindha lahir bareng sadina / ora bisa diapusi marga bisa maca ati / wasis, wegig, waskita, / ngerti sakdurunge winarah / bisa pirsa mbah-mbahira / angawuningani jantraning zaman Jawa / ngerti garise siji-sijining umat / Tan kewran sasuruping zaman (pandai meramal seperti dewa / dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda / seolah-olah lahir di waktu yang sama / tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati / bijak, cermat dan sakti / mengerti sebelum sesuatu terjadi / mengetahui leluhur anda / memahami putaran roda zaman (Sejarah) Jawa / mengerti garis hidup setiap umat / tidak khawatir tertelan zaman)

Bait 168.
mula den upadinen sinatriya iku / wus tan abapa, tan bibi, lola / awus aputus weda Jawa / mung angandelake trisula / landheping trisula pucuk / gegawe pati utawa utang nyawa / sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan / sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda (oleh sebab itu carilah satria itu / yatim piatu, tak bersanak saudara / sudah lulus weda Jawa / hanya berpedoman trisula / ujung trisulanya sangat tajam / membawa maut atau utang nyawa / yang (bagian) tengah pantang berbuat merugikan orang lain / yang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan)

Bait 169.
sirik den wenehi / ati malati bisa kesiku / senenge anggodha anjejaluk cara nistha /ngertiyo yen iku coba / aja kaino / ana beja-bejane sing den pundhuti / ateges jantrane kaemong sira sebrayat (pantang bila diberi / hati mati dapat terkena kutukan / senang menggoda dan minta secara nista / ketahuilah bahwa itu hanya ujian / jangan dihina / ada keuntungan bagi yang dimintai / artinya dilindungi anda sekeluarga)

Bait 170.
ing ngarsa Begawan, dudu pandhita sinebut pandhita / dudu dewa sinebut dewa, kaya dene manungsa / dudu seje daya kajawaake kanti jlentreh / gawang-gawang terang ndrandhang (di hadapan Begawan, bukan pendeta disebut pendeta / bukan dewa disebut dewa, namun manusia biasa / bukan kekuatan lain diterangkan jelas / bayang-bayang menjadi terang benderang)

Bait 171.
aja gumun, aja ngungun / hiya iku putrane Bethara Indra / kang pambayun tur isih kuwasa nundhung setan / tumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuh / hiya siji iki kang bisa paring pituduh marang jarwane jangka kalaningsun / tan kena den apusi / marga bisa manjing jroning ati / ana manungso kaiden ketemu / uga ana jalma sing durung mangsane / aja sirik aja gela / iku dudu wektunira / nganggo simbol ratu tanpa makutha / mula sing menangi enggala den leluri / aja kongsi zaman kendhata madhepa den marikelu / beja-bejane anak putu (jangan heran, jangan bingung / itulah putranya Batara Indra / yang sulung dan masih kuasa mengusir setan / turunnya air brajamusti pecah memercik / hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk tentang arti dan makna ramalan saya / tidak bisa ditipu / karena dapat masuk ke dalam hati / ada manusia yang bisa bertemu / tapi ada manusia yang belum saatnya / jangan iri dan kecewa / itu bukan waktu anda / memakai lambang ratu tanpa mahkota / sebab itu yang menjumpai segeralah menghormati, / jangan sampai terputus, menghadaplah dengan patuh / keberuntungan ada di anak cucu)

Bait 172.
iki dalan kanggo sing eling lan waspada ing zaman kalabendu Jawa / aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa / cures ludhes saka braja jelma kumara / aja-aja kleru pandhita samusana / larinen pandhita asenjata trisula wedha / iku hiya pinaringaning dewa (inilah jalan bagi yang ingat dan waspada pada zaman kalabendu Jawa / jangan melarang dalam menghormati orang berupa dewa / yang menghalangi akan sirna seluruh keluarga / jangan keliru mencari dewa / carilah dewa bersenjata trisula wedha / itulah pemberian dewa)

173.
nglurug tanpa bala / yen menang tan ngasorake liyan / para kawula padha suka-suka / marga adiling pangeran wus teka / ratune nyembah kawula / angagem trisula wedha / para pandhita hiya padha muja / hiya iku momongane kaki Sabdopalon / sing wis adu wirang nanging kondhang / genaha kacetha kanthi njingglang / nora ana wong ngresula kurang / hiya iku tandane kalabendu wis minger / centi wektu jejering kalamukti / andayani indering jagad raya / padha asung bhekti (menyerang tanpa pasukan / bila menang tak menghina yang lain / rakyat bersuka ria / karena keadilan Yang Kuasa telah tiba / raja menyembah rakyat / bersenjatakan trisula wedha / para pendeta juga pada memuja / itulah asuhannya Sabdopalon / yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur / segalanya tampak terang benderang / tak ada yang mengeluh kekurangan / itulah tanda zaman kalabendu telah usai / berganti zaman penuh kemuliaan / memperkokoh tatanan jagad raya / semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi).

Untuk bagian ini (atas pertimbangan tertentu) mohon maaf saya tidak memberi interpretasi, silakan para pembaca saja yang mengartikan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun