Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Allah Memilih Al Mahdi, Sosok Keras Hati Seperti Baladewa, Sebagai Pemimpin Umat Akhir Zaman?

2 Januari 2021   14:03 Diperbarui: 2 Januari 2021   14:17 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu penyebab utama nabi Musa dan kaumnya terpaksa terlunta-lunta di padang pasir selama 40 tahun, adalah karena dalam kaumnya banyak terdapat orang yang suka mengeluh. 

Dalam Al Quran surat Al Ma'idah ayat 22-24 Allah mengisahkan hal ini.

Mereka berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk." (Al Ma'idah ayat 22)

Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman." (Al Ma'idah ayat 23)

Mereka berkata, "Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja." (Al Ma'idah ayat 24)

Demikianlah, atas pembangkangan ini, Musa berserah diri kepada Allah, sebagaimana terekam dalam surat Al Ma'idah ayat 25: Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu."

Atas permohonan Musa tersebut, (Allah) berfirman, "(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu." (Al Ma'idah ayat 26)

Doa yang dipanjatkan Musa tatkala tak berdaya lagi menghadapi kaumnya,  senada dengan doa para Rasul lainnya. Seperti yang dilakukan Syu'aib (QS al-A'rf/7:89), Sali (QS al-Mu'minun 23/29) atau Nabi Muhammad SAW(QS al-Anbiya'/21:112).

Seperti halnya masalah yang dihadapai nabi-nabi lainnya, Nabi Musa pun dihadapkan pada umat yang suka mengeluh. Ini dikarenakan sudah menjadi kodrat manusia demikian, sebagaimana yang diungkap Allah dalam Al Quran Al Ma'arij ayat 19: "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh."

Mereka ini bukan saja melemahkan dirinya secara psikis, tapi juga mempengaruhi orang-orang disekitarnya, karena ketika mengeluh mereka mengutarakannya secara terbuka di depan publik, atau dengan kata lain (disadari atau tidak disadari) tindakan mereka sesungguhnya adalah suatu bentuk tindakan menghasut.

Kisah nabi Musa dan kaumnya Ini menjadi hikmah penting untuk perjuangan al Mahdi atau Ratu Adil di masa depan. 

Dalam jangka Jayabaya, disebutkan bahwa Ratu Adil (al Mahdi) berwatak seperti  baladewa, yang dalam pewayangan digambarkan sebagai sosok yang berwatak tegas, keras hati, mudah naik darah tetapi pemaaf dan arif bijaksana. 

Mengapa Allah memilih al Mahdi, sosok keras hati dan temperamental seperti baladewa sebagai pemimpin umat di akhir zaman?

Adalah karena yang diurusi al Mahdi di akhir zaman nanti bukan hanya satu kaum saja seperti tugas para nabi dan rasul sebelumnya, tetapi, umat manusia di seluruh dunia. 

Lalu, tantangan yang dihadapinya bukan saja dunia yang keras penuh bencana alam, kekeringan, bencana kelaparan, hingga pandemi, tetapi juga manusia-manusia yg berwatak apatis dan super egois, dan yang utama, ia akan terus dalam kondisi berperang dengan kekuatan-kekuatan jahat (dari dunia fisik maupun astral) yang menyatu padu untuk menghancurkannya.

Untuk menghadapi kondisi-kondisi sangat sulit seperti itu, pemimpin yang keras, memiliki disiplin tinggi, tegas menjatuhkan hukuman dengan menjunjung tinggi keadilan, kiranya menjadi satu-satunya solusi terbaik.

Al Mahdi bukanlah sosok yang suka berbasa-basi. Tidak perlu pujian dan jangan coba-coba "menjilat". Ia dikarunia kemampuan dapat "membaca" isi hati, karena itu tidak akan dapat dibohongi ataupun dikelabuhi. 

Ketegasannya digambarkan dalam jangka Jayabaya dalam bentuk ungkapan "ujung trisula wedhanya sangat tajam, membawa maut..." -- Trisula yang dimaksudkan adalah analogi dari prinsip "benar, tegak lurus, jujur". Sementara ungkapan "membawa maut" dapat dimaknai hukuman mati bagi yang tervonis bersalah melanggar tiga prinsip (benar, tegak lurus, jujur) yang dijunjung tinggi Ratu Adil atau Al Mahdi.

Demikianlah, hikmah dibalik pilihan Allah memilih pemimpin umat akhir zaman dari sosok manusia yang berwatak tegas, keras hati, mudah naik darah tetapi pemaaf dan arif bijaksana, adalah karena watak seperti itu sesuai dan dibutuhkan dalam situasi dunia yang keras dan dan sangat dinamis.

Watak "mudah naik darah" bukanlah watak yang sepenuhnya buruk. Watak ini memungkinkan pemiliknya cepat bersikap tegas. Tidak memberi ruang bagi orang-orang yang lihai bersilat lidah untuk melakukan manuver.

Jadi, jangan menyarankan al Mahdi bersikap dan berbicara lemah lembut ya gaess... bisa-bisa lo dipelototin ntar... hehehee -- Percayalah, dia tahu apa yang terbaik yang harus ia lakukan!

Sekian.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di blog saya: fadlybahari.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun