Dalam demonologi Buddha, sosok Namuci, dengan asosiasi "permusuhan yang menyebabkan kematian," dianggap sebagai penyebab "kekeringan," hal ini kemudian diambil dan digunakan untuk membangun simbol Mara.Â
Jadi, 'Namuci' (penahan, atau penentang pembebasan) sebagai aspek Mara yang mengancam kesejahteraan umat manusia, diinterpretasikan bukan menahan hujan musiman (dalam makna sebenarnya) tetapi dalam artian menahan atau mengaburkan pengetahuan tentang kebenaran.
Menurut Ananda W.P. dalam "The Buddha's Encounters with Mara the Tempter" hampir tidak mungkin untuk mencoba mengumpulkan narasi yang koheren mengenai Mara.
Senada dengan hal ini, dalam "Dictionary of Paali Proper Names" Profesor GP Malalasekera menyatakan bahwa "legenda tentang Mra, di dalam buku, sangat rumit dan menentang segala upaya untuk mengungkapnya."
Ananda W. P. Guruge menulis bahwa Mara memainkan beberapa peran berbeda dalam teks-teks awal dan terkadang tampak menjadi beberapa karakter yang berbeda. Terkadang dia adalah perwujudan kematian; kadang-kadang ia mewakili emosi yang tidak terampil atau keberadaan atau godaan yang terkondisi. Terkadang juga disebutkan sebagai sosok dewa.
Kata "Mara" Dalam Tinjauan Bahasa
Kata "Mara" dianggap berasal dari bentuk Sansekerta dari akar kata kerja 'mr'. Ini terkait pula dengan kata kerja dalam bahasa Indo-Eropa 'mer' yang berarti "mati, menghilang". Kenyataan bahwa kata ini sangat tersebar luas dalam bahasa Indo-Eropa menjadi dasar untuk anggapan bahwa kata ini berasal dari masa yang sangat kuno.
Bentuk kata ini misalnya ditemukan dalam Old English: maere, Old Dutch: mare, Proto-Slavia: mara, Old High German: mara, Old Norse: mara , dan Swedish: mara.
Dalam cerita rakyat di Jerman dan Slavia, nama 'mara' terkait tentang entitas berbahaya yang naik di dada ketika orang sementara tidur, membawa orang itu pada suatu mimpi buruk. Karena itu, 'mara' dianggap sebagai asal dari frasa "nightmare" yang berarti "mimpi buruk".
TO Ling menyatakan bahwa Mara adalah perpanjangan dari kerangka demonologi Hinduisme ke dalam tradisi Buddhis. Dia menyatakan bahwa Mara memenuhi syarat sebagai yakkha, kata Pali untuk roh alam (Sanskrit yaksha).Â
Ling mencatat bahwa yakkha dan Mara menyerang korban mereka di malam hari, berusaha untuk mengalihkan perhatian spiritual orang-orang. Ia dapat mengubah bentuk menjadi semua perilaku makhluk yang menakutkan, dan secara rohani dapat merasuki makhluk fana.Â