Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lauh Mahfuzh dan Internet, Dua Jaringan Global yang Diakses Manusia

14 Oktober 2020   16:29 Diperbarui: 15 Oktober 2020   00:23 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi internet yang berkembang pesat di abad 21 ini, perlahan namun pasti telah membentuk suatu kesadaran baru, tentang cara pandang bahwa, kita (manusia) kini terhubung secara global.

Dampak signifikan dari keterhubungan secara global tersebut adalah pesatnya arus informasi. Pada hari ini, kejadian di suatu sisi belahan bumi yang dulunya butuh waktu beberapa hari, bulan, dan bahkan tahun, untuk dapat diketahui oleh orang-orang yang hidup di sisi belahan bumi lainnya, kini, dapat diketahui secara real time atau detik itu juga.

Selain memungkinkan pertukaran informasi secara real time, jaringan internet juga memfasilitasi akses ke server bank data yang kini banyak dikembangkan oleh perusahaan raksasa dunia, melalui mesin pencarian (search engine) seperti google.

Adanya aplikasi penerjemahan bahasa, di sisi lain, memudahkan setiap orang untuk memahami suatu data informasi yang tersaji dalam bentuk bahasa asing.

Fasilitas penerjemahan google misalnya, yang mendukung lebih dari 100 bahasa yang semakin hari semakin mendekati tingkat penerjemahan bahasa dengan tata bahasa yang tepat -- berkat teknologi Google Neural Machine Translation (GNMT) yang Pada bulan November 2016 resmi mereka launching, bisa dikatakan adalah salah satu kemewahan peradaban di abad 21 ini.

Kesamaan Jaringan Internet dan Lauh Mahfuzh

Sistem kerja yang kita ketahui berlaku pada jaringan internet, bisa dikatakan identik dengan yang berlaku pada server alam semesta "Lauh Mahfuzh".

Lauh Mahfuzh atau yang kadang disebut juga Akashic Records, telah diketahui sejak masa kuno sebagai medium penyimpanan segala sesuatu yang terjadi di alam semesta. 

Meskipun telah diketahui sejak masa kuno, namun, hanya sedikit saja "orang khusus" yang mampu mengakses secara signifikan data yang tersimpan di server alam semesta ini. 

Ini tidak berarti manusia awam tidak mampu mengakses. Pada kenyataannya, sebelum umat manusia mengenal dan terhubung secara global melalui jaringan internet, umat manusia telah terlebih dahulu terhubung satu sama lain melalui jaringan Lauh Mahfuzh. 

Walaupun tentu saja, dari sejak masa kuno, hanya sangat sedikit saja orang yang memiliki pemahaman tentang adanya Lauh Mahfuzh sebagai jaringan yang menghubungkan seluruh manusia di muka bumi.

Oleh "orang-orang khusus" tersebut, pemahaman tentang Lauh Mahfuzh menjadi hal yang sangat dirahasiakan, dan digunakan untuk kalangan yang sangat terbatas.

Lauh Mahfuzh sebagai suatu jaringan global, akhirnya mengemuka dan menjadi pembahasan umum di kalangan ilmuwan manakala Pierre Teilhard de Chardin (Seorang filsuf idealis Prancis, merupakan profesor geologi di Institut Catholique di Paris, dan dikenal sebagai Pastor Jesuit, paleontolog, dan paleoanthropologist) menghadirkan pemikirannya tentang konsep Noosfer (Noosphere). 

Meskipun pemikiran ini membuat Teilhard pada akhirnya mendapatkan reputasi global, namun riwayat hidupnya diceritakan sebagai orang yang "terbuang" dan meninggal dunia di gereja pengasingannya di New York pada tahun 1955 di usia 74.

Akibat pemikirannya tentang noosfer, ia hampir dinyatakan sebagai bidah. Karya tulis Teilhard kemudian disembunyikan oleh pejabat Vatikan. Satu dekade kemudian setelah kematiannya, buku-buku Teilhard diajarkan di sekolah-sekolah Jesuit. Dan hari ini ia memiliki reputasi global dalam evolusi dan spiritualitas. 

Menurut Teilhard (The phenomenon of man : 1959), noosfer adalah  selubung  pemikiran yang melingkupi bumi yang muncul melalui evolusi sebagai konsekuensi dari pertumbuhan kompleksitas/kesadaran ini. Dalam bahasa yang lebih sederhana, noosfer muncul melalui dan didasari oleh interaksi pikiran manusia. 

Sir Julian Huxley dalam kata pengantarnya dalam buku "The phenomenon of man" mengomentari:  [...] ia [Teilhard] merujuk noosfer sebagai lapisan atau membran baru di permukaan bumi, sebuah "lapisan pemikiran" yang ditempatkan di atas lapisan hidup biosphere dan lapisan tak bernyawa dari bahan anorganik, lithosphere (...)

Teilhard mengusulkan bahwa jika kehidupan terus ada maka planetisasi, sebagai proses biologis menghasilkan otak global, yang tentu juga akan menghasilkan pikiran global, yaitu: tingkat kesadaran planet baru dan jaringan pemikiran. Inilah yang kemudian disebutnya sebagai noosfer. 

Oleh sebagian kalangan, lapisan teknologi yang diusulkan Teilhard ini diartikan sebagai suatu antisipasi dini dari kemunculan Internet dan Web. Tapi menurut saya, ini lebih merupakan keberhasilan Teilhard menangkap fenomena Lauh Mahfuzh lalu membawanya ke dalam alam berpikir manusia.

Kuat dugaan saya jika Nikola Tesla adalah satu-satunya orang yang telah memikirkan dan berniat membangun suatu infrastruktur yang memungkinkan manusia secara harafiah dapat mengakses jaringan noosfer.

Menara Wardenclyffe (juga dikenal sebagai Menara Tesla) yang dibangun Tesla, umumnya dipahami sebagai stasiun transmisi nirkabel, yang dimaksudkan berfungsi untuk mengirimkan pesan, telepon dan bahkan gambar, berdasarkan teorinya menggunakan Bumi untuk menyalurkan sinyal. 

Dalam eksperimennya Tesla berteori bahwa jika ia menyuntikkan arus listrik ke bumi pada frekuensi yang tepat dia dapat memanfaatkan apa yang dia yakini sebagai muatan listrik planet itu sendiri dan menyebabkannya beresonansi pada frekuensi yang akan diperkuat dalam "standing waves" yang dapat disadap di mana saja di planet ini untuk menjalankan perangkat atau, sebagai pembawa sinyal. 

Namun nampaknya, dalam perkembangan eksperimennya, ia telah melangkah lebih jauh. Metode selanjutnya yang ia jelaskan tentang memotret pemikiran, dan menyalin impuls listrik dari otak, membuat saya menduga kuat jika ada kemungkinan ia telah tiba pada pemikiran tentang adanya jaringan global di atas lapisan bumi - terbentuk oleh gelombang listrik yang terpancar dari setiap otak manusia di muka bumi.

Fakta ini berkorelasi langsung dengan teori Teilhard "noosfer muncul melalui dan didasari oleh interaksi pikiran manusia," bahwa, ketika kita berpikir, otak kita memancarkan gelombang listrik yang membuat kita terhubung ke jaringan noosfer.

Jadi jika pada hari ini kita dapat mengakses jaringan internet dengan menggunakan perangkat seperti Handphone, tablet, laptop, dan sejenisnya, maka, dengan teknologi yang berniat dikembangkan Tesla, untuk mengakses jaringan noosfer, kita mungkin membutuhkan sejenis helm Cerebro milik Prof. X di film X-Men.

Zaman Akashic 

Ervin Laszlo lahir 12 Juni 1932 [tanggal dan bulan kelahirannya persis sama dengan saya :)] adalah seorang filsuf sains Hongaria, dan penganjur teori kesadaran kuantum, dalam bukunya Science and the Akashic Field: An Integral Theory of Everything (2004) menempatkan bidang informasi sebagai substansi kosmos. ia menyebut bidang informasi ini sebagai "bidang Akashic" atau "Bidang-A". Istilah Akashic diambilnya dari kata "Akasha" yang dalam Sansekerta berarti "ruang."

Dia mengemukakan bahwa "ruang hampa kuantum" adalah energi fundamental dan medan pembawa informasi yang menginformasikan tidak hanya alam semesta saat ini, tetapi semua alam semesta dulu dan sekarang (secara kolektif, " Metaverse ").

Laszlo percaya bahwa bidang informasi semacam itu dapat menjelaskan mengapa alam semesta kita tampak disetel dengan baik sehingga membentuk galaksi dan makhluk hidup yang sadar; dan mengapa evolusi adalah proses yang terinformasi, bukan acak. Ia percaya bahwa hipotesis tersebut memecahkan beberapa masalah yang muncul dari fisika kuantum, terutama nonlokalitas dan belitan kuantum.

Menurut saya, apa yang disebut Laszlo bahwa, "bidang informasi sebagai substansi kosmos," senada dengan kerangka berpikir orang-orang di bidang biosemiotik yang berpandanga "hidup adalah proses komunikasi di semua tingkatan dan bahwa produksi tanda dan hubungan tanda ada secara paralel dalam bahasa alami dan sistem kehidupan."

Adapun mengenai pernyataan Laszlo bahwa "evolusi adalah proses yang terintegrasi, bukan acak," saya melihat telah pula dirumuskan Teilhard dalam gagasannya, dalam bentuk persamaan: "Evolution = Rise of consciousness; Rise of consciousnesss = Union effected."

 "Rise of consciousness" yang dianggap sebagai Persamaan "Evolution" bisa dikatakan suatu wujud respons yang dimunculkan berbagai objek di alam (organik ataupun anorganik), terhadap setiap fenomena kejadian yang berlaku di sekitarnya berdasarkan hukum sebab akibat.

Saya menduga kesadaran yang dimaksud, adalah apa yang dalam terminology Islam dikenal sebagai "Sunnatullah" yaitu hukum ketetapan Allah. 

Adapun maksud dari "Union effected"adalah kolaborasi hukum- hukum alam (Sunnatullah) dalam satu irama keteraturan yang absolut. Demikianlah, Evolusi alam semesta dapat dikatakan merupakan wujud mekanisme hukum alam (Sunnatullah).

Apapun itu, wacana Laszlo tentang zaman Akashic saya pikir memang sudah seharusnya ada dihadirkan mengiringi perjalanan peradaban abad 21 ini.

Dua Jaringan Global untuk Manusia

 Ya, kehidupan kita pada hari ini, kenyataannya memang dilayani oleh dua jaringan global, yaitu jaringan internet dan jaringan noosfer atau Lauh Mahfuzh.

Proses kerja keduaya bisa dikatakan hampir sama. Jika data base internet diperkaya ketika kita mengapload data ke server, maka, noosfer terus diperkaya oleh manusia yang berpikir. 

Sebagai pusat server alam semesta Lauh Mahfuzh bukan hanya mencatat semua hal yang terjadi di jagad raya, tetapi bekerja layaknya pusat informasi yang dapat di akses manusia melalui kegiatan berpikir di perangkat otaknya.

Bisa dikatakan, pada saat berpikir itu kegiatan upload dan download data kita lakukan dalam saat yang bersamaan. Apapun hal yang kita olah dalam proses berpikir sifatnya adalah kegiatan upload, sedangkan ide yang kita dapat dalam proses berpikir, itulah yang kita download.

Mengenai fakta fungsi bahasa sebagai instrument berpikir manusia, mungkin akan timbul pertanyaan; apakah informasi data yang dapat kita akses di Lauh Mahfuzh hanyalah data informasi yang ter-upload dari bahasa yang kita ketahui saja? Jawabnya, tentu saja tidak.

Menurut riset terbaru, diperkirakan ada 7000 bahasa yang ada di dunia saat ini. Namun pun demikian, dari literatur yang ada, kita ketahui bahwa pada awalnya manusia berbicara dalam satu bahasa. Hal ini dikisahkan dalam Al Kitab Kejadian 11 (1-9).

Saya berpikir bahwa tentunya setiap morfologi bahasa yang terjadi dari sejak awal hingga hari ini, dari satu bahasa menjadi ribuan bahasa, dan bahwa karena hal itu pada dasarnya berlangsung di akal manusia, maka bisa dikatakan semua proses itu terekam juga di pusat server Alam semesta. 

Jadi apapun bahasa yang digunakan manusia ketika berpikir, pusat server alam semesta akan tetap mengenalinya, lalu mentransformasinya menjadi data informasi yang sifatnya umum, sehingga dapat diakses oleh setiap orang dari beragam pengguna bahasa di dunia. 

Tentu saja ini hanyalah suatu bentuk perkiraan yang sebisa mungkin diupayakan untuk memahami pusat server alam semesta yang sangat misterius tersebut. Setidaknya pola-pola kerja demikianlah yang dapat kita jumpai dalam kehidupan nyata kita, yaitu pada sistem kerja internet dewasa ini.

Satu hal lagi yang saya pikir luput dari perhatian kita selama ini, yaitu mengenai kegiatan proses transfer data dari server alam semesta (Lauh Mahfuzh) ke server internet.

Contoh kasus dan yang membuat saya sadar terhadap hal ini, yaitu ketika seorang teman saya berseloroh ke teman saya lainnya, mengatakan "yang dibahas fadly dalam tulisan-tulisannya itu gak ada ditemukan di internet, mbah google pun  angkat tangan kalau disuruh nyari!" 

Candaan teman saya tersebut, membuat saya sadar pada saat itu bahwa, ketika saya mengupload tulisan tersebut ke internet, itu sama saja saya sedang mentransfer suatu data dari server alam semesta ke server internet.

Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun