Berikutnya, pohon Cemara juga disebut "Whistling Pine". Whistling yang artinya "bersiul" pun pada kenyataannya terkait pula dengan salah satu ciri Semar yang diceritakan dalam pewayangan kadangkala mengeluarkan bunyi kentut, dianggap sebagai salah satu kesaktiannya.
Demikianlah, beberapa komparasi di atas saya pikir sudah cukup memperlihatkan adanya kemungkinan bahwa nama "Cemara" sesungguhnya memang terkait erat dengan nama "Semar."
Hal ini mungkin dapat juga menjadi penjelasan terkait adanya toponim (nama wilayah) yang menggunakan sebutan “cemara” di beberapa tempat di Jawa tengah. Seperti pantai Cemara Sewu, atau pantai Goa Cemara di Yogyakarta, juga Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu di Gunung Lawu.
Dari uraian di atas kita dapat melihat bahwa simbol-simbol seperti "mata sembab, dan linangan air mata" yang digambarkan pada sosok Semar, dapat lebih terurai makna metaforanya melalui penggalian makna nama-nama lain dari pohon cemara.
Ini seperti menjadikan entitas pohon cemara sebagai chamber of meaning atau "ruang penyimpanan makna tersembunyi" dari sosok Semar.
Adapun mengenai "hukuman, dan penderitaan" yang menyebabkan mengapa Semar senantiasa bersedih dan meneteskan air mata, dapat kita temukan jawabannya melalui penerjemahan makna nama lain dari Semar.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H