Hal ini menjadi bukti keselarasan Dewa Yama dengan Dewa Melqart bukan hanya pada sisi bahwa mereka adalah sama-sama penguasa dunia bawah, tapi juga secara spesifik, menunjukkan indikasi kuat jika mereka berdua sama-sama berasal dari Nusantara.
Bunga Berwarna Ungu di "Arcopodo" Semeru
Dalam tulisan "Nuansa Jawa pada Kata Ungu dalam Bahasa Phoenicia dan Bahasa Kuno Lainnya" telah saya urai bahwa warna ungu terkait dengan Dewa Melqart dan Dewa Yama. Melqart legendanya adalah penemu warna ungu, Yama umumnya digambarkan berkulit biru, kadang merah, sementara lembu tunggangannya berwarna ungu.
Yang menarik, wilayah Arcapada (arcopodo) di gunung Semeru tidak saja menunjukkan adanya keterkaitan dengan bentuk nama Yama, yakni "padha", tapi juga di wilayah tersebut terdapat tanaman bunga berwarna ungu. Beberapa sumber menyebut bunga itu bernama "Bunga Verbena".
Cerita yang berkembang umumnya mengatakan bahwa asal usul tanaman Verbena (yang dianggap tanaman asli Eropa) diduga dibawa oleh seorang ahli botani yang sering mendatangkan tumbuhan dari luar negeri. Tapi sekali lagi saya katakan bahwa cerita ini hanya dugaan orang saja selama ini untuk merasionalisasi keberadaan bunga tersebut di kawasan gunung Semeru.
Namun, mengatakan bahwa keberadaan bunga berwarna ungu tersebut di kawasan "singgasana Yama" sebagai suatu tanda-tanda alam, rasanya juga gimana gitu.... :) jadi saya pikir silahkan pembaca saja yang menafsirkan fenomena tersebut.
Mengenai nama "arcapada", umumnya orang-orang di sekitar gunung Semeru mengartikannya sebagai "tempat patung" (arca= patung, pada= tempat).
Tapi mungkin ada baiknya jika saya memberikan pendapat lain...
Bahwa, ada kemungkinan kata "arca" pada nama arcapada, sinonim dengan kata "arsy" yang berarti "singgasana". Kata "archi" yang bunyinya seperti Ark (bahtera) bisa jadi merupakan bentuk derivasi dari kata "arsy" ataupun "arca". Dengan demikian, Arcapada dapat dimaknai sebagai: "Singgasana Padha" atau "Singgasana Sama" atau "Singgasana Yama".
Uniknya lagi, keberadaan gunung Tengger didekatnya, dimana "tengger" bermakna: "berdiam atau bertempat tinggal", seakan-akan "mengonfirmasi" jika wilayah itu memang adalah suatu "tempat tinggal atau singgasana".
Sekian. Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H