Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal Usul Sebutan "Cella" untuk Ruang Paling Sakral di Dalam Kuil

17 Mei 2020   18:03 Diperbarui: 15 September 2020   08:09 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah Cella ruang bawah tanah di Monferrato (Italia Utara) yang telah disulap menjadi ruangan penyimpanan Wine (sumber: cinquequinti.com)

Lalu dari manakah sesungguhnya kata 'cella' ini berasal? 

Mengapa dari sejak masa Mesir kuno, Yunani kuno, hingga Romawi kuno, ia digunakan untuk menyebut tempat paling sakral dan suci dalam sebuah kuil? 

Anehnya, untuk hal yang sangat penting karena menyangkut sesuatu yang sangat sakral, penjelasan untuk asal usul kata 'cella' sejauh ini tidak saya temukan.

Awalnya saya berpikir bahwa karena kata 'cella' bisa dikatakan terkait langsung dengan bagian inti ritual keagamaan, maka mestinya ia terjaga dalam hal riwayat asal-usulnya, maknanya, dan eksistensinya. 

Sayangnya, nampaknya hanya eksistensinya saja yang masih terjaga, dalam artian masih tetap terus digunakan. Di sisi lain, maknanya terus mengalami perkembangan, sementara asal-usulnya nampaknya telah terlupakan.

Fenomena ini seperti mengisyaratkan dengan nyata makna dari kata 'cella' yaitu: yang ditutupi, disembunyikan, dan dirahasiakan. Bahwa ia memang sungguh-sungguh berhasil ditutupi, disembunyikan, dan dirahasiakan.

Namun demikian, peluang untuk mendapatkan jawaban mengenai asal usul kata 'cella' tidaklah berarti telah tertutup sepenuhnya. Peluang untuk itu masih ada namun saya akui bernilai spekulatif. Berikut ini bentuk hipotesisnya..

Dalam tulisan saya di tahun 2019, yang berjudul "Lombok Merah (Cella Passe), Nama Kuno Pulau Sulawesi" dan "Sulawesi: Disebut K'u-lun dalam Kronik Cina dan Gurun dalam Kitab Nagara Kretagama" telah saya jelaskan jika Lombok merah atau Gurun yang disebutkan dalam pupuh 14 Kakawin Nagara Kretagama, merujuk pada nama pulau Sulawesi di masa kuno.

Berikut ini Pupuh 14 Kakawin Nagara Kretagamaa saya kutip kembali :"Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Merah. Dengan daerah makmur Sasak diperintah seluruhnya. Bantalayan di wilayah Bantayan beserta Kota Luwuk, Sampai Udamaktraya dan pulau lain-lainnya tunduk..."

Salah satu pertimbangan yang mendasari klaim ini, adalah setelah menganalisa bunyi "sumpah palapa" dari Pati Gajah Mada : "Lamun huwus kalah nusantara insu amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa."

Dalam sumpah palapa, wilayah Gurun juga disebutkan oleh Pati Gajah Mada sebagai salah satu wilayah yang ingin ia persatukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun