Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ghazwa Hind" dalam Nubuat Perang Akhir Zaman

8 Mei 2020   11:05 Diperbarui: 8 Mei 2020   11:09 4582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan konsisten pada hipotesis sebelumnya, bahwa wilayah Assam sebagai negeri Ash-Sham yang dimaksud dalam hadis Nabi Muhammad, maka ada dugaan saya jika tempat bernama 'basrah' ada kaitannya dengan sebutan 'bazaar' yang banyak digunakan sebagai nama tempat wilayah Bangladesh maupun negara bagian timur laut India (Assam).

Jika Ash-Sham dalam tradisi Islam dipercaya sebagai tempat umat manusia dikumpulkan di akhir zaman sekaligus tempat dibangkitkan, maka sebutan padang 'Mahshar' pun secara fonetis dapat diduga memiliki keterkaitan dengan bentuk 'Bazaar'. 

Morfologi fonetis antara m dan b memang sering terjadi dikarena keduanya sama-sama bagian dari kelompok labial. Contohnya, nama "Nimrod" dalam bahasa Ibrani dan Aram, tertulis "Nebrod" dalam Kitab Yobel (Nebrod merupakan bentuk Yunani dari Nimrod).

Demikianlah, wilayah yang dimaksud dalam hadis Nabi Muhammad besar kemungkinan adalah nama suatu tempat di Assam yang memiliki kemiripan fonetis dengan nama 'Basrah'. Atas pertimbangan ini, maka wilayah 'Batshar' menjadi opsi yang paling memungkinkan.

Selain bentuk 'Batshar' yang identik dengan 'Basrah', letaknya yang juga dekat dengan sungai Brahmaputra memberi penguatan. Ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadis bahwa di Basrah terdapat sungai Dijlah dan sebuah jembatan. 

(dokpri)
(dokpri)

Jembatan Saraighat membentang sepanjang 1,49 km di atas sungai Brahmaputra, Menghubungkan Guwahati dengan sisi utara sungai Brahmaputra (dokpri)
Jembatan Saraighat membentang sepanjang 1,49 km di atas sungai Brahmaputra, Menghubungkan Guwahati dengan sisi utara sungai Brahmaputra (dokpri)
Meskipun nama sungai Brahmaputra berbeda jauh dengan bentuk nama sungai Dijlah sebagaimana yang disebutkan dalam hadis, namun, ada kemungkinan sebutan 'Dijlah' ada kaitannya dengan bentuk kata 'Dighala' yang dalam bahasa setempat (bahasa Bengali)  berarti "panjang".

Sementara dalam bahasa etnis lokal (Bodo) bentuk 'di' ekuivalent atau setara maknanya dengan 'sungai'. Hal ini ditunjukkan oleh nama-nama sungai di wilayah ini yang umumnya berawalan suku kata 'di'. Seperti: Dikhan, Dikhu, Dikrang, Digaru, Dichu, Diputa, Diphang, Diphu, Diphlu, Dibong, Dibru, Dima, Dimla, Dimu, Dilao (Brahmaputra), Dilih, dan masih banyak lagi.

Berikut ini penjelasannya dalam buku Bengali and Other Related Dialects of South Assam...

Sudhamsu Sekhara Tunga:
Sudhamsu Sekhara Tunga: "Bengali and Other Related Dialects of South Assam", 1995: 13 (dokpri)

Jadi, sungai Dijlah yang disebutkan dalam hadis, bisa jadi merujuk pada kata 'Dighala' yang memiliki makan 'panjang' dan mengandung bentuk 'di' yang berarti sungai. Sehingga Dighala bisa bermakna sungai yang panjang atau sungai yang lebar. Ini setidaknya sesuai dengan badan sungai Brahmaputra yang lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun