Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Thay, Suku Kuno di Asia Tenggara dan Jazirah Arab: Pionir Pertanian Padi

8 April 2020   06:23 Diperbarui: 8 April 2020   21:19 2450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang Tay di Ta Van umumnya bersawah (sumber: www.trekkingsapa.com)

Begitu juga mengenai ekspansi penanaman padi ke daratan Asia Tenggara dan sekitarnya pada milenium ke-3 SM, dapat diduga dilakukan oleh orang-orang Tay.

Profil Orang Tay di Jazirah Arab

Orang Tay atau Tae', juga dikenal sebagai ayyi, adalah suku Arab terbesar, paling berpengaruh dan juga paling kuno. Pada hari ini keturunan mereka adalah suku Shammar (dan banyak suku lainnya). Nisba atau patronimik nama Tayy adalah Ath-Tha'i ( ). 

Mengenai sebutan Tae' dapat ditemukan dalam tulisan Sheikh Mohammed Ridha Al-Shabibi (seorang tokoh nasional Irak, negarawan, penyair dan pendidik yang hidup antara tahun 1889 - 1965) seperti pada "Abu Bakr As Sideeq R. A The First Caliph" dan "Imam Ali ibn Abi Taleb The Fourth Caliph".

Asal mula orang Tayy dapat dilacak berasal dari bangsa Qahtan yang tanah air aslinya adalah di Yaman. Mereka eksodus  dari Yaman sekitar tahun 115 M, bergerak ke arah utara dengan menyerbu wilayah dataran tinggi Najd dan merebut pegunungan Jabal Aja dan Jabal Salma yang sebelumnya dihuni Bani Assad dan Bani Tamim. 

Kedua gunung tersebut kemudian secara kolektif dikenal sebagai "Jabal Tayy" (Gunung Tayy),  atau juga disebut "Jabal Shammar", wilayah inilah yang kemudian menjadi tanah air tradisional suku hingga saat ini. 

wilayah dataran tinggi Najd di jazirah Arab (sumber: wikipedia.org)
wilayah dataran tinggi Najd di jazirah Arab (sumber: wikipedia.org)
Hippolytus dari Roma (hidup sekitar 170-235 AD), seorang teolog Kristen abad ketiga, mencatat ada tiga kelompok masyarakat yang berbeda di jazirah Arab, yakni: 'Taeni' (Tai, tay atau tayyi), 'Saraceni' (saracen) dan 'Arab'. 

Namun demikian, umumnya sumber-sumber non-Arab paling awal menyebut orang Arab sebagai Taits, yang jelas merujuk pada Tayy.

Generalisasi penyebutan "tayy" untuk orang Arab secara umum, bisa dikatakan sama dengan penyebutan "saracen" oleh para penulis kristen di Eropa (yang setidaknya dimulai pada awal abad kelima), untuk suku-suku Arab secara umum, terutama merujuk kepada orang-orang yang tinggal di daerah gurun di dekat provinsi Romawi, Petraea.

Yang kemudian setelah pembentukan kekhalifahan, orang-orang Bizantium menyebut semua subyek Muslim dari kekhalifahan sebagai orang Saracen. Melalui Bizantium dan tentara salib, nama itu menyebar ke Eropa barat, dan bertahan hingga zaman modern. 

Jika sebutan "saracen" lebih akrab digunakan oleh orang Eropa saja, maka sebutan Taits, tay, atau pun tayyi bukan saja akrab digunakan oleh orang Eropa (misalnya Pliny menulisnya 'Taueni', Bardesanes dan Eusebius menulisnya 'Taini'), tapi juga akrab digunakan oleh orang di Asia Tengah, India, Melayu, hingga China.

Terkait hal ini, Jawwad Ali dalam buku "Sejarah Arab Sebelum Islam - Volume 1" (1968; 2018: 17) menjelaskan sebagai berikut:

Di kalangan Persia dan Bani Aram, Arab juga diistilahkan dengan sebutan lain, yaitu Toyaye dan Taiy. Para ilmuwan pada masa Talmud dari kalangan Ibrani menyebut mereka dengan tha-ya ya-'a atau thaya'a, dan thayya atau thayyah. Tampaknya semua itu memiliki asal kata yang sama, diambil dari kata thay', nama kabilah Arab yang sangat terkenal menurut pandangan mayoritas ilmuwan.

Mereka tinggal di dua wilayah, di ujung perbatasan imperium Persia. Kala itu, mereka adalah kabilah Arab paling kuat. Karena itu, nama mereka disinonimkan dengan Arab.

Sementara itu, Pardeson menyebut kata "tayaye" dan "tayoye" disandingkan dengan kata "sarakoye". Menjelang Masehi, sebutan ini mulai santer terdengar. Di abad ke-1 M, istilah ini pun tersebar luas. Begitulah penjelasan dalam literatur-literatur Suryaniyah dan Yahudi.

Teks-teks Pahlawi menggunakan istilah "tadgik" atau "tachik" atau "tashik" untuk menyebut Arab, sebagaimana Persia juga menggunakan "tazi" untuk menyebut maksud yang sama. Armenia menggunakan istilah "tachik" untuk menyebut Arab dan umat Islam, sedangkan orang China menggunakan istilah "tashi".

Masyarakat Asia Tengah yang telah memeluk Islam pasti kenal dengan sebutan ini. Orang Turki menyebut penduduk Iran dengan istilah "tachik", hingga kemudian dalam bahasa Turki, kata "tachik" dimaknai orang Iran. 

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa kata tadgik, tachik, atau tazik berasal dari kata thay'. (...)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun