Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pulau "Serendip Asli", Letak Gua Adam Sesungguhnya

17 Maret 2020   08:00 Diperbarui: 17 Maret 2020   15:56 4542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Paradise Lost - Illustrasion by John Martin (1789-1854). Sumber: commons.wikimedia.org - telah diedit sesuai kebutuhan.

dokpri
dokpri

Nama kuno pulau Sulawesi yakni "Selangi" tentunya dapat kita lihat ada kemiripan dengan sebutan "Selan", "Zeilan", atau  "Sielen" - yang oleh para sejarawan dianggap sebagai wujud transisi bunyi penyebutan "seren-dib" ke bentuk "ceylon". Jadi, dengan kata lain, ada kemungkinan jika nama "Serendib" juga merujuk pada pulau Sulawesi, bukan hanya untuk pulau Sri lanka atau Ceylon.

Di sisi lain, jika merujuk pada hasil terjemahan dan penafsiran makna nama "serendib" menurut aksara Hanzi, yang mengemukakan kalimat kunci "negeri piring" - maka, pulau Sulawesi yang pernah disebut "sempena" (yang artinya: piringnya), besar kemungkinan adalah merupakan pulau "Serendib" yang asli.

Jadi, jika ingin mencari Gua Barang berharga (Cave of Treasures) yang menurut Abu'l Hasan ibn Arfa Ra's didatangi Henokh setelah meninggalkan dataran tinggi di Cina, yang di sisi lain, dalam tradisi Yahudi maupun Kristen dipercaya sebagai tempat tinggal pertama kali Nabi Adam sewaktu diturunkan ke bumi, dan, dalam banyak riwayat disebut sebagai gua tempat jasad Nabi Adam tersimpan; carilah di pulau Sulawesi.

Untuk mempersempit ruang pencarian, baca dan cermati pembahasan saya dalam tulisan ini: Rahasia Kuno yang Terpendam di Gunung Latimojong

Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.

Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 17 Maret 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun