Pertanyaan lain yang juga mesti dicari jawabannya yaitu, dari manakah sesungguhnya kata 'tuan' berasal?
Untuk hal ini, saya melihat ada kemungkinan jika etimologi kata 'tuan' berasal dari bentuk "to/tau - wang". 'To' atau 'tau' (dalam bahasa tae' artinya 'orang'); dan 'wang' (yang dalam bahasa Cina artinya 'raja' atau 'penguasa'). Jadi, to/tau-wang artinya: "orang penguasa".
Mengenai adanya percampuran bahasa sedemikian rupa pada etimologi kata 'tuan' (dari bahasa tae' dan bahasa Cina), informasi dari Yi Jing, biksu Buddha dari Cina, yang pernah berkunjung ke Nusantara di sekitar abad 7 masehi, kiranya dapat menjelaskan hal ini.
Dalam catatannya Nanhai Jigui Neifa Zhuan, yang lalu diterjemahkan J. Takakusu ke dalam bahasa Inggris dengan judul A record of the Buddhist religion as practised in India and the Malay archipelago, Yi Jing mengatakan bahwa di wilayah ini orang-orang pada umumnya dapat berbahasa Cina, bahasa Sanskerta, selain bahasa kunlun yang merupakan bahasa utama.
Itulah makanya, Yi Jing menyarankan bagi biksu Buddha yang ingin ke India mendalami naskah suci yang menggunakan Sanskerta, untuk sebaiknya ke Nanhai (Nusantara) terlebih dahulu menyiapkan diri.
Sekian uraian ini, semoga bermanfaat. Salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
atau di website saya: https://fadlybahari.id/
Fadly Bahari, Pare - Kediri, 13 Februari 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H