Hari ini, toponim "Beuma" tidak digunakan lagi oleh pemerintah setempat sebagai nama wilayah administrasi secara resmi (apakah itu nama desa atau kecamatan), tetapi masyarakat lokal masih menggunakan nama "Beuma" untuk menyebut wilayah sekitar kaki gunung Sinaji ini, meliputi beberapa desa yang ada disekitarnya.
Yang lebih menarik adalah terdapatnya nama desa "Ledan" di wilayah ini. Nama ini jelas identik dengan sebutan "Li Dan" yang terkait erat dengan catatan sejarah hidup Sima Lingji, Ratu Sima atau Simpurusiang, yang telah dibahas pada tulisan sebelumnya. (baca di sini: Jati Diri dan Fakta Ratu Sima sebagai Cakravartin yang Sesungguhnya)
Tidak jauh dari wilayah ini pula, terdapat mata air asin yang berkadar garam tinggi, yang dalam pembahasan sebelumnya (Di Tanah Berbentuk Kuda Ini Makam Ratu Sima) telah saya ulas sebagai salah satu ciri yang disebutkan dalam ronik Cina ( keunikan keberadaan mata air asin di pegunungan, sebagai ciri geografis yang dimiliki kerajaan Holing).
Demikianlah, keberadaan toponim "Beuma"di wilayah ini, yang identik dengan sebutan "sArvabhauma" (terminologi yang terkait khusus dengan Chakravartin), lalu, toponim "Ledan" yang identik dengan kata "Li Dan" (sebuah nama yang terekam dalam jejak sejarah hidup Sima Lingji) ...serta keberadaan air asin berkadar garam tinggi di wilayah pegunungan ini, yang merupakan ciri geografis kerajaan Holing yang disebutkan dalam kronik Cina, mestinya dapat dilihat sebagai fakta yang dapat dipertimbangkan untuk hipotesis bahwa Sima Lingji, Ratu Sima, atau Simpurusiang adalah orang yang sama, dan merupakan sosok Chakravartin yang diramalkan Buddha Sakyamuni.
Demikian ulasan ini, semoga bermanfaat. Salam
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 27 Januari 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H