Li Dan, juga dikenal sebagai Yan Siqi (Yen Ssu-chi), tumbuh dewasa di Fujian dan menjadi penyelundup, berdagang secara ilegal di Taiwan, dan juga memimpin sekelompok perompak Tiongkok di sepanjang pantai Fujian. Selain itu, ia menjadi seorang Kristen di Manila dan mengambil nama Eropa baru, Andrea Dit tis.Â
Dia memberi pedagang Cina barang-barang Cina dan Jepang yang tidak tersedia untuk orang Eropa. Barang dagang Cina termasuk porselen, sutra, dan teh. Sebagai pedagang tidak resmi, Li dan kelompoknya menjadi pemasok utama bagi perdagangan Belanda-Cina. "Kapten Cina," sebagaimana orang Eropa menyebutnya, menjadi populer di kalangan orang Barat.Â
Pada 1624, Li Dan mendirikan kerajaan bajak laut dagangnya di Taiwan. Meskipun Belanda tahu "Kapten Cina," mereka curiga dengan niatnya selama perselisihan Cina-Belanda. Li menyarankan kompromi bahwa armada Belanda meninggalkan Penghu, dan pemerintah Fujian mengizinkan Belanda menggunakan "Tayowan" (Taiwan) untuk berdagang dengan China...
Demikianlah, jika saja keseluruhan uraian saya terkait perjalanan Sima Lingji, Ratu Sima atau Simpurusiang ini benar adanya, maka saya ingin katakan bahwa ini adalah kisah nyata tentang perjalaan hidup seseorang yang "PALING EPIC" ... - terlahir dari garis keturunan bangsawan tinggi - Â lalu menjadi permaisuri kaisar di usia belia - lalu dalam sekejap hidupnya berbalik, orang tua dan seluruh keluarganya terbunuh, dan gelar bangsawannya dicabut menjadi orang biasa - lalu setelah itu hidup terlunta-lunta - lalu nasib mempertemukannya dengan satria bangsawan dari bangsa laut Bajou yang terkenal heroik - lalu dinobatkan menjadi ratu, dan menjadi cikal bakal lahirnya dinasty sailendra yang berkuasa di wilayah Nusantara dan wilayah sekitarnya hampir mencapai masa 200 tahun.
berdasarkan hal ini, saya cukup yakin jika "Sima Lingji, Ratu Sima atau Simpurusiang" adalah sosok Chakravartin sekaligus Bodhisattva yang dimaksudkan dalam ramalan Buddha Sakyamuni. "She is the real Chakravartin"!
Demikian ulasan ini, semoga bermanfaat. Salam
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 26 Januari 2020