Setidaknya keberadaan beberapa toponim "babadan" di sekitar wilayah ini menunjukkan hal tersebut. Kita tahu, terminologi "babad" (artinya: membuka lahan baru) Â adalah tentang riwayat sejarah suatu wilayah, yang mana biasanya sejarah suatu wilayah dimulai dengan pembukaan "kawasan baru".Â
 Adapun Huruf I didepan I-pari kemungkinan adalah bentuk predikat, yang umum digunakan di Luwu/Bugis ketika menyebut nama, menempatkan I di depan nama, contoh: I La Galigo. Di Bali-pun aksen ini terlihat umum digunakan, contoh: I made, I wayan, dan lain-lain.Â
Yang sangat lebih menarik lagi karena bentuk "I La" terdapat pula dalam peradaban Akkadia Kuno dan Amorite. Frank Moore Cross (1973) dalam bukunya Canaanite Myth and Hebrew Epic - Essay in the History of the Religion of Israel menjelaskan sebagai berikut: ...ila adalah bentuk ejaan dari nama ilahi yang mana banyak ilmuwan memilih bentuk normalnya sebagai / 'ilah /. (...) menunjukkan bentuk predikat baik dalam Amorite dan Akkadia Kuno. Ila atau Il adalah dewa utama dari Mesopotamia pada periode Pra-Sargonik.Â
Sekian uraian ini, semoga dapat memberi pencerahan. Salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare - Kediri, 20 Januari 2020