Etimologi Kata "ark" (bahtera) sendiri berasal dari bentuk "aerc" (Inggris Kuno), yang kemungkinannya berasal dari bentuk "areca" yaitu sebutan ilmiah untuk marga spesies pohon palem. Setidaknya asumsi ini sejalan dengan Serat kelapa yang digunakan Irving Finkel dalam membuat model Bahtera Nuh. (sumber di sini)
Dikutip dari situs dailymail.co.uk: Bahtera Nuh terbuat dari serat tanaman yang dipilin bersama untuk membentuk satu tali panjang, yang melingkari kerangka kayu bulat. Tali ini tebal satu jari dan panjangnya 527 km - kira-kira jaraknya dari London ke Edinburgh. Di lantai anyaman anyaman, sebuah kisi kayu panjang memberikan kekakuan. Bahtera tahan air dengan aplikasi bitumen (sejenis aspal).
Dalam tulisan sebelumnya (Asal Usul Kata "Bahtera" yang Perlu Kamu Tahu!) telah saya bahas jika hasil dari penelusuran etimologi kata "bahtera", secara tersirat menggambarkan jika Bahtera Nuh memang berukuran sangat besar.
Yang menarik karena etimologi kata "bahtera" yakni berasal dari kata baha = waka = kapal; terra= bumi, yang dengan demikian dapat diartikan "perahu bumi" atau "perahu negeri", ternyata menunjukkan makna yang identik dengan kata "wakka tannete" = perahu gunung atau "wakka tana" = perahu negeri, yang ditemukan matthes dalam Kitab La Galigo.
Etimologi kata "bahtera", wakka tannete" atau pun "wakka tana" yang beda penyebutan karena berasal dari bahasa yang berbeda tetapi secara substansi memiliki makna yang sama, tentulah harus dilihat sebagai fakta historis yang merupakan rekaman alam pikir orang-orang di masa lalu tentang suatu hal atau peristiwa.
Jika imajinasi tentang "perahu gunung" kita gabungkan dengan perahu melingkar seperti model yang dibuat Irving Finkel atau diksi fulkal untuk menyebut bahtera Nuh dalam Al Quran yang juga menyiratkan bentuk melingkar, maka hasilnya mungkin dapat kita lihat pada Vimana, merupakan wahana terbang milik Dewa Kubera dalam mitologi India.
Lokasi Pendaratan Bahtera Nabi Nuh
Dalam Al Quran Surat Hud ayat 44, disebut bahwa Bahtera Nabi Nuh berlabuh di gunung Judi.
Dan difirmankan, “Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah.” Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itupun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, ”Binasalah orang-orang zalim.” (Surat Hud ayat 44)
Dalam pandangan saya kata "judi" adalah sebuah kode. Untuk memecahkan kode seperti ini, jalan satu-satunya adalah dengan meninjaunya dalam bentuk aksara. Mengapa demikian? - karena pada dasarnya aksara adalah "cara kita menggambar bunyi". Pemahaman ini adalah pemahaman paling mendasar dan paling primordial yang dimiliki leluhur kita sejak masa yang sangat kuno, dan konsisten mereka gunakan untuk mengekspresikan alam pikirnya.