Keberadaan termiologi "deluge" (Inggris kuno) atau dalam bentuk yunani kuno-nya "loeo" - yang menunjukkan kesamaan fonetis dengan kata "teluk" dan "luwu", pada prinsipnya dapat menjadi fakta yang tidak terbantahkan terhadap hipotesis adanya persebaran atau migrasi budaya dari nusantara ke dunia barat pada masa kuno.Â
Dapat dikatakan jika ini adalah jejak sejarah kuno manusia yang hilang dalam kabut waktu setelah berlalu dalam kurun waktu ribuan tahun.Â
Sebelum memasuki penjelasan lebih jauh, mohon mencermati gambar berikut ini...Â
Pada gambar di atas dapat kita lihat jika kata "deluge" atau pun "loeo" meskipun homophone dengan kata "teluk" dan "loeo" namun tidak lagi menyandang makna yang sama dengan luwu (yakni: teluk). Pada gambar di atas, terlihat bahwa makna leksikon "deluge" dan "loeo" lebih berkisar pada: Great flood (banjir besar/air bah), wash (mencuci), wash away (membasuh / mencuci bersih) purify (memurnikan), cleanse (menjernihkan).
Namun demikian, makna leksikon "deluge" dan "loeo" tersebut pada kenyataannya dapat pula ditemukan korelasinya pada sebuah toponim di wilayah Luwu, yakni sebuah kampung tua bernama "Sassa'" yang memiliki arti "mencuci". Daerah Sassa'Â saat ini masuk dalam wilayah administrasi kecamatan Baebunta, kabupaten Luwu Utara.
Demikianlah, penelusuran yang dibahas dalam tulisan ini bisa jadi merupakan pintu masuk dalam mengurai sejarah manusia yang telah sangat sangat kuno.Â
Pemahaman holistik yang sekiranya dapat terbangun adalah bahwa segala temuan-temuan arkeologis di pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera, ataupun di pulau-pulau lainnya di wilayah Nusantara, pada dasarnya merupakan tinggalan arkeologis dari masyarakat kuno yang memiliki pertalian yang sama, yang telah mendiami kawasan ini selama ribuan tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H