Ciri-ciri yang disebut Hui-lin terutama pada kemampuan bertahan di dalam air, tentu sangat identik dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang Bajo. Dan rasanya hal ini tak perlu diragukan lagi.
Karena faktanya, pada hari ini, kemampuan menyelam yang dimiliki orang Bajo tidak kita temukan dimiliki pula komunitas masyarakat lainnya di belahan manapun planet ini.
Hal menarik lainnya dari catatan Hui-lin yang sangat jelas menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki orang Bajo, adalah pada kalimat: "...mereka juga disebut Kurung..."
Untuk sebutan "kurung" yang dimaksud Hui-lin, kita dapat menduga jika kata itu sangat mungkin terkait dengan kata "ku-lun", yakni sebutan orang Cina pada masa kuno untuk orang-orang yang berasal dari wilayah Nusantara.
Perlu diketahui bahwa pada masa lalu, wilayah nusantara disebut Nan-hai dalam catatan orang Cina. Jadi, sebutan orang ku-lun bagi orang Cina adalah mereka yang berasal dari negeri-negeri di wilayah Nan-hai (Laut Selatan).
Sebenarnya, sejak abad ke 7 M, asal usul sebutan Ku-lun sudah menjadi hal yang membingungkan. Hal ini secara jelas dapat kita temukan dalam catatan I-Tsing "A record of the Buddhist religion as practised in India and the Malay archipelago."Â
Dalam catatannya, I-Tsing mengungkap ketidakpahamannya mengapa Pelaut sekaligus pedagang dari Nusantara yang pertama kali datang di Ko-chin dan Kwang-tung disebut K'u-lun.
Karena menurut I-Tsing, karakter Kiue-loen dapat pula merujuk pada sebutan orang Cina untuk pulau Condore dimana orang-orangnya berambut kriting dan berkulit hitam, sementara penduduk pulau-pulau besar di Laut Selatan tidak berbeda jauh dari orang Cina.
Mengenai ketidakjelasan asal usul kata Ku-lun ini, saya menduga bahwa mungkin bentuk sebenarnya adalah gu-lun. Aksara gu dapat berarti: nama keluarga; pedagang; beli; perdagangan. Sementara, aksara lun dapat berarti: hubungan manusia.Â
Dengan demikian, jika bentuk pinyin yang kita pilih adalah gu-lun, kata ini secara harafiah berarti "Manusia Pedagang", hal ini sejalan dengan terjemahan Pelliot atas sa-po Sebagai "orang Sabaen". Bagian itu dimuat dalam uraian Fa Hsien tentang Sri Lanka, yang menyatakan, sa-po berarti sarthavaha atau "kepala saudagar".
(lihat bentuk aksara Cinanya dalam gambar berikut)