Selanjutnya, Dalam Al Quran pada surat Asy Syu’araa ayat 176-189, dikisahkan Nabi Syu'aib berada pada kaum Aikah (mungkin terjadi setelah ia meninggalkan Madyan), peringatan yang sama tentang perihal jual beli pun disampaikan…
(26:176) Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul;
(26:177) ketika Shu’ayb berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?,
(26:178) Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.
(26:179) maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;
(26:180) dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
(26:181) Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan;
(26:182) dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
(26:183) Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;
(26:184) dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu”.
(26:185) Mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir,
(26:186) dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta.
(26:187) Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.
(26:188) Shu’ayb berkata: “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(26:189) Kemudian mereka mendustakan Shu’ayb, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.
Jadi dapat kita lihat bahwa Nabi Syu'aib diutus Allah kepada dua kaum yaitu Madyan dan Aikah, yang pada intinya memberi peringatan kepada kaum tersebut perihal kecurangan yang mereka lakukan dalam transaksi jual beli. Saya memperkirakan Madyan dan Aikah adalah dua wilayah yang berdekatan dan berada di sekitar teluk Benggala, dalam zona garis bujur 90 ̊ , yang merupakan titik tengah antara timur dan barat.
Jika dugaan ini benar, dan jika Yitro ayah mertua Nabi Musa – yang dikatakan dalam Alkitab (Keluaran 18) merupakan Imam orang-orang Midian – adalah nama lain Nabi Syu'aib, maka bisa jadi Allah mempertemukan nasib kedua Nabi ini dalam pengungsiannya masing-masing. Nabi Musa yang meninggalkan Mesir setelah membunuh di Mesir, dan Nabi Syu'aib yang dipaksa meninggalkan negerinya; Midian.
Namun bisa juga pengungsian Nabi Syu'aib terjadi setelah itu (pengungsian Nabi Musa)… Hal ini dapat ditangkap maknanya pada kitab keluaran 18:1-12... Dalam bacaan pertama: ayah mertua Musa Yitro mendengar semua yang telah dilakukan Allah untuk orang Israel, lalu ia membawa istri Musa Zipora dan kedua putranya, yang bernama Gersom ("Aku telah menjadi orang asing di sini") dan Eliezer ("Tuhan adalah bantuanku") datang menemui Musa di padang gurun di Gunung Sinai di mana ia berkemah. Yitro bersukacita, Tuhan memberkati, dan mempersembahkan korban kepada Allah.
Inilah mungkin alasan mengapa dalam Al Quran pada Surat Hud, pada ayat 84 hingga 95 mengisahkan Nabi Syu'aib dan dilanjutkan mengisahkan Nabi Musa pada ayat 96 setelahnya…
(11:84) Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Shu’ayb. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)”.
(11:85) Dan Shu’ayb berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
(11:86) Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu”
(11:87) Mereka berkata: “Hai Shu’ayb, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”.
(11:88) Shu’ayb berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.
(11:89) Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.
(11:90) Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
(11:91) Mereka berkata: “Hai Shu’ayb, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”.
(11:92) Shu’ayb menjawab: “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan”.
(11:93) Dan (dia berkata): “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu”.
(11:94) Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shu’ayb dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
(11:95) Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.
(11:96) Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan mukjizat yang nyata…
Dalam surat yang lain dalam Al Quran, kaum Midian ditimpakan bencana gempa…
…Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (Surat Al-A’raf ayat 91)
Dugaan saya bahwa orang-orang Midian yang banyak dikisahkan dalam kitab-kitab suci, yang membingungkan para ahli pada masa sekarang ini disebabkan oleh karena begitu menyebarnya mereka dalam banyak komunias masyarakat di timur tengah pada saat itu.
Dugaan mereka sebagai orang-orang yang berasal dari wilayah teluk Benggala, menguat, dengan didukung oleh adanya penamaan kota letak kuil suci sekaligus tempat perlindungan milik orang-orang Midian yang diidentifikasi para ahli sebagai “Kadesh” (disebut William J. Dumbrell dalam tulisannya yang telah dikutip sebelumnya).
Kades (juga Qadesh ) adalah kota kuno di Levant, yang terletak di atau dekat hulu atau bagian dangkal dari Sungai Orontes. Merupakan kota penting selama Zaman Perunggu Akhir, dan disebutkan dalam surat-surat Amarna (tablet Amarna). Ini adalah tempat Pertempuran Kades yakni pertempuran yang berlangsung antara pasukan dari Kerajaan Baru Mesir di bawah Ramses II dan Kekaisaran Het bawah Muwatalli II di kota Kades di Sungai Orontes, di abad ke-13 SM.
Herodotus menyebut Kadesh berasal dari bahasa Arab “Al Kads” yang artinya “suci”…
The Arabian name is Al Kads, the Holy ; it is sometimes also called Kadesh. Herodotus again mentions it (Thalia, c. 5) as a city of Palaestine, not much less than Sardis (The History of Herodotus vol. I - Explanatory and Critical from: Larcher, Rennell, Mitford, Schweighaeuser. Oxford: Talboys and Wheeler, 1824. hlm. 201)
Sementara itu dari sumber yang lain menganggap nama Kadesh berakar dari bahasa Semit Barat (Kanaan) QD-S yang artinya "suci". Yang diterjemahkan sebagai "Qdsw" di Mesir, dan "Kades" di Hittite . Dengan varian ejaan Akkadian, termasuk Kinza, Kidsa, Gizza.