Demikianlah penelusuran kita sejauh ini telah mengantar kita mengetahui adanya keidentikan antara bentuk kepercayaan penyembah Matahari dari negeri Saba, dengan bangunan filosofis mitologi hindu tentang Dewa Surya yang merupakan personifikasi Matahari, yang kehadirannya di saat matahari terbit di pagi hari secara khusus diagungkan oleh pemujanya, karena dianggap hadir menghilangkan kegelapan dengan cahayanya atau kata singkatnya; mencerahkan.Â
Kesamaan dari pemaknaan tersebut dapat kita temukan pada sosok Batara Guru, yang mana etimologi untuk kata "guru" yang  disandangnya (terutama penjabaran menurut Upanishad) sangat sesuai dengan penggambaran sosoknya dalam mitologi bugis kuno di Sulawesi.Â
Ia digambarkan sebagai sosok yang hadir mencerahkan dengan mengajarkan ilmu pengetahuan pada kaum pribumi seperti ilmu pertanian serta meletakan dasar atau pondasi tatanan hidup sosial bermasyarakat dan berbudaya. Bentuk pemahaman yang kemudian melahirkan gelaran to manurun untuknya, dari kata "nur" yang berarti cahaya atau pun matahari.Â
Sekian. Semoga bermanfaat... salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Belopa 23 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H