Sementara itu sebutan "I La" yang dapat kita lihat digunakan dalam penyebutan nama kitab I La Galigo faktanya identik dengan sebutan "Ila" yang dikenal sebagai dewa utama dari Mesopotamia pada periode Pra-Sargonik.
Demikianlah, gagasan kawan ini jelas sebuah gagasan besar. Sebuah movement budaya yang bisa menciptakan titik balik persepsi sejarah Nusantara bahkan sejarah dunia.
Tapi tentu saja dalam mengesekusinya jelas menuntut pendalaman dan eksplorasi konsep tingkat tinggi.
Bagi saya keinginan kawan ini jelas sangat sejalan dengan apa yang saya pikirkan selama ini tentang sejarah Nusantara dan dunia. Sejujurnya, keinginannya ini menghadirkan getaran tersendiri dalam diri saya.
Tantangan besar yang dimunculkannya terasa jelas meningkatkan andrenalin. Energi yang ditimbulkannya kuat memacu semangat minat jelajah dan eksplorasi dalam diri saya.
Berbicara tentang bobot sangat besar yang disandang konsep tersebut, tentu saja akan mengarahkan kita pada fakta bahwa ia tentulah menuntut pembiayaan yang sangat besar pula.
Namun demikian, saya percaya bahwa kawan ini memang bukan hanya qualify dalam membuat konsep besar semacam ini, tetapi pada faktanya ia pula memang memiliki jaringan kuat dan luas di pemerintahan dan non pemerintahan, bahkan hingga ke lingkaran terdalam kepresidenan.Â
Karena itu jika ia mengatakan menjamin bisa mendapatkan pendanaan tersebut maka saya cukup percaya bahwa memang ia dapat melakukannya.
Tapi terlepas dari kemampuan kawan ini, tentu saja niat baiknya tersebut sudah sewajarnya mendapatkan support, setidaknya doa dari kita semua yang mencintai pelurusan sejarah.Â
Demikian ulasan ini, semoga bermanfaat... salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Belopa 15 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H