Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembagian Zona Waktu di Masa Kuno

15 Mei 2019   07:56 Diperbarui: 15 Mei 2019   08:20 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, kita tidak pernah mendengar satu pun negeri di wilayah Peru atau pesisir barat benua Amerika pada umumnya, yang mendapat penyebutan "kerajaan barat" atau semacamnya.

Satu-satunya toponim yang berkesesuaian dengan pendapat  Prof. Santos adalah keberadaan kerajaan Saba di Eden, Yaman dan kerajaan Saba di sebelah selatannya yaitu wilayah Etiopia, karena jika merujuk pada pendapat Prof. Santos tersebut, maka "negeri Sabah" atau "negeri pagi" letaknya berada di kawasan tersebut. Tapi hanya itu saja. Dukungan toponim lainnya yang menunjukkan keidentikan pada nama yang memiliki makna siang, sore, dan Maghrib ia tidak miliki. Dengan demikian, rasanya berat untuk menerima pendapat Prof. Santos terkait hal ini.

Terlepas dari fakta kecanggihan teknologi orang-orang di masa kuno yang kita ketahui dari terungkapnya pembagian wilayah muka bumi menurut zona waktu posisi matahari di langit ini, hal yang tak kalah penting yang terungkap dari metode ini adalah negeri Sabah yang terindikasi kuat bahkan dapat dipastikan letaknya berada di wilayah Nusantara. 

Lebih lanjut mengenai pembahasan Nusantara sebagai "Negeri Sabah" silahkan membaca tulisan saya lainnya:  ("Negeri Pagi", Identitas Nusantara di Masa Kuno dan Nusantara sebagai "Negeri Saba" Menurut Beberapa Catatan Kuno), karena untuk selanjutnya saya akan secara khusus akan membahas "Negeri Siang" atau "Negeri Tengah Hari" yang saya identifikasi sebagai Negeri kaum Nabi Su'aib.

Hipotesis Madhyanagar Bazar sebagai Negeri Madyan (Negeri kaum Nabi Su'aib)

Etimologi toponim Madhyanagar Bazar, yang saya perkirakan berasal dari kata Sanskrit, madhyAhna berarti "siang" atau "tengah hari"; nagara yang berarti "kota" atau "Negeri", secara jelas bercerita bahwa pada masa lalu daerah ini dijuluki "Negeri madhyAhna" atau "Negeri Siang" atau "Negeri Tengah Hari".

Sementara itu, penulisan Madhyanagar Bazar  dalam bentuk Bengali adalah Madhyanagara bajara; Madya = tengah atau pertengahan, nagara = kota/ Negeri, bajara = pasar - dengan demikian, kurang lebih dapat diartikan sebagai "pasar kota/Negeri tengah".

Letaknya yang tepat pada garis bujur 90 derajat, yang artinya tepat berada di pertengahan antara belahan timur dan barat bumi, dapat dikatakan melengkapi dengan sempurna - dan sekaligus menjadi bukti kuat yang mengkonfirmasi teori adanya pembagian zona menurut posisi matahari di langit.

Sayangnya, literatur mengenai profil kesejarahan daerah Madhyanagar Bazar  ini tidak saya temukan, sehingga agak sulit untuk menyusun profilnya. Namun jika mencermati namanya - yang jadinya bersifat hipotesis - maka dapat saya sampaikan beberapa hal sebagai berikut...

Dalam nama Madhyanagar terdapat kata "madhya" yang berarti "tengah". Nama tersebut bisa dikatakan merupakan representasi dari posisi matahari yang tepat berada di tengah-tengah dalam perjalanan dari timur ke barat - dengan kata lain tepat berada di titik zenit. Dengan pemahaman ini, saya teringat dengan satu nama wilayah yang banyak disebut dalam kitab-kitab suci, yaitu: Madyan atau Midian.

Kedua bentuk nama ini pada dasarnya sama. Madyan berasal dari bentuk Madhya yang berarti "tengah", sedangkan Midian nampaknya merupakan bentuk penyebutan orang eropa; Mid yang juga berarti "tengah" atau "pertengahan".

Tapi apakah Madhyanagar Bazar adalah Madyan atau Midian yang banyak disebutkan dalam kitab-kitab suci tersebut? - untuk hal ini saya tidak bisa memastikan. Hanya Allah-lah yang lebih tahu. Saya memilih untuk memngumpulkan bahan sebagai bahan pertimbangan, dan selanjutnya para pembaca saja yang menarik kesimpulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun