Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengkaji Sebutan "Luwu" dalam Zhu Fan Zhi (Abad 13 M)

14 April 2019   14:06 Diperbarui: 14 April 2019   15:16 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman dari Zhu fan zhi (Sumber: Wikipedia.org)

Pada bagian ini disebutkan "Orang-orang punya nama pribadi tapi tanpa nama keluarga." Tradisi pemberian nama semacam ini dalam tradisi Luwu/ Bugis disebut "pantalarang" yang sepertinya berasal dari kata "talara" artinya "laris," dengan demikian sinonim dengan sebutan "penglaris" dalam tradisi jawa. Pemberian nama "pantalarang" dalam tradisi Bugis biasanya dilakukan setelah seseorang berumah tangga. Biasanya dalam nama yang dipilihkan mengandung makna sifat atau karakter terbaik yang diharapkan menaungi kehidupan selanjutnya orang tersebut.

(dokpri)
(dokpri)

Pada bagian ini disebutkan "Negeri ini memiliki taman bambu tempat mereka melakukan kegiatan sabung babi dan sabung ayam." Hal ini setidaknya masih dapat kita temukan di wilayah kota Palopo (letak istana kedatuan Luwu) hingga hari ini. Di wilayah ini orang menyebut tempat sabung ayam sebagai "pattung" artinya "rumpun bambu".

b. Tinjauan aspek geografi

Melalui tinjauan aspek geografi, secara umum saya melihat jika posisi Sho-po yang digambarkan dalam buku Zhu Fan Zhi berada di wilayah sulawesi tenggara. Berikut ini data yang menunjukkan indikasi tersebut...

(dokpri)
(dokpri)

pada kutipan kalimat ini, dijelaskan bahwa "Ke sebelah timur (dari Sho-p'o) Anda tiba di (Samudra)-laut dan ke tempat air mengalir ke bawah; ada kerajaan wanita. Lebih jauh ke timur adalah Wei-lu, akhir dari dunia yang bisa dihuni." 

Pernyataan "di sebelah timur Sho-po terdapat laut" jelas sesuai dengan kondisi geografi Sulawesi tenggara dengan menimbang bahwa di sebelah Sulawesi tenggara terdapat laut banda. Sementara pernyataan "lebih jauh ke timur adalah wei-lu" dibuktikan dengan keberadaan toponim "waelo" di pulau buru. Dengan demikian, ada kemungkinan jika pulau buru yang kita kenal hari ini, pada masa lalu lebih dikenal dengan sebutan wei-lu.

Pada peta ini dapat kita lihat bahwa di sebelah timur sulawesi tenggara adalah laut banda - lebih jauh ke timur ada pulau buru. Sementara Pada pulau Buru terdapat toponim
Pada peta ini dapat kita lihat bahwa di sebelah timur sulawesi tenggara adalah laut banda - lebih jauh ke timur ada pulau buru. Sementara Pada pulau Buru terdapat toponim "Waelo," nama yang sangat identik dengan wei-lu yang disebut dalam  Zhu Fan Zhi. (Dokpri)

Ungkapan "tempat air mengalir ke bawah," sepertinya menyiratkan topografi palung yakni celah jurang bawah laut yang ada pada laut Banda.  Penelitian terbaru membuktikan palung terdalam Indonesia di Laut Banda, Maluku, berkedalaman 7,2 kilometer dengan ukuran 120 km x 450 km (Kompas.com "Palung Banda Bisa Picu Tsunami Besar", by: Ahmad Arif.  - Posted on 30/11/2016). 

Bentuk pernyataan ""tempat air mengalir atau terjun ke bawah" untuk menyebutkan palung laut, terdapat pula dalam kitab I La Galigo. Telah saya ulas dalam tulisan: Penyebutan Palung Filipina (Philippine Trench) di dalam Naskah I La Galigo (Seri Analisa Filologi Naskah I La Galigo - 1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun