Lalu pertanyaannya, dari manakah kita dapat mengetahui bahwa kesemua bentuk diatas memiliki makna "Pagi"?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat merujuk keberadaan kata "Bohni" atau "Boni" yang berarti penjualan pertama di pagi hari dalam tradisi komersial di wilayah India Utara dan Pakistan.
Jejak lainnya, dapat kita lihat pada ucapan selamat pagi orang Maori (penduduk asli Selandia Baru) yaitu "Mrena", yang identik dengan bentuk "morning" dalam bahasa Inggris, yang pada situs merriam-webster.com dijelaskan bahwa bentuk dasar kata "morning" adalah: "morn" yang mendapat suffix -ing.
Kita dapat melihat bahwa istilah "Bohni" atau "Boni" dalam tradisi komersial di wilayah India Utara dan Pakistan, bentuk "Morena" dalam Bahasa Suku Maori, dan bentuk "Morn" dalam Bahasa Inggris, merupakan bentuk morfologi dari "Boni" dan "Mori" yang bukan saja mengalami perubahan fonetis tapi juga mengalami pergeseran makna.
Bentuk Mori dan Boni yang bermakna "pagi", yang secara umum terlihat digunakan di wilayah Nusantara, di sisi lain memiliki keterkaitan dengan sebutan "Sabah" yang dalam Bahasa arab berarti: "Pagi".
Demikianlah, Wilayah Nusantara yang kita duga bersama sebagai "Negeri sabah," akan menemukan kejelasannya ketika kita memahaminya dengan makna "Negeri Pagi".
Beragamnya sebutan untuk menyebut Nusantara sebagai "Negeri pagi" sejak masa kuno, menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki berlapis-lapis stage peradaban. Dapat diduga terentang dalam kurun waktu ribuan tahun.
Nusantara sebagai "Negeri pagi" dapat pula kita temukan ilustrasinya pada motif ukuran pada rumah-rumah di Toraja yang melukiskan "simbolisasi pagi" dengan figur Ayam jantan dan Matahari. Selain itu, terdapatnya nama Makale (ibukota kabupaten Tana Toraja) mestinya dapat pula dipertimbangkan, karena dalam Bahasa lokal, makale artinya "pagi".
Demikian ulasan ini, semoga bermanfaat... salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa