Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Negeri Pagi", Identitas Nusantara di Masa Kuno

26 Februari 2019   16:07 Diperbarui: 12 Desember 2019   06:39 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Nusantara terlihat pada bola Bumi (Dokpri)

Dari identitas "Pagi" yang ditonjolkan Bangsa Phoenicia inilah yang kemudian menimbulkan asumsi saya bahwa identitas semacam ini mestinya pernah digunakan dan melekat pada komunitas masyarakat di timur jauh sebagai wilayah paling awal matahari terbit.

Dan ternyata asumsi tersebut terbukti benar adanya. Setelah saya mencermati etimologi beberapa toponim di wilayah timur jauh dalam hal ini wilayah Nusantara, saya temukan beberapa toponim ataupun etnonim memang menunjukkan pemaknaan "pagi", bahkan melalui metode pencermatan morfologi Bahasa dengan menggunakan pendekatan fonetik altikulatoris (telah saya ulas dalam tulisan lain, silahkan baca: di sini dan di sini), kata Poni yang merupakan bentuk dasar dari nama bangsa Phoenicia menunjukkan makna "pagi".

Berikut ini penjabarannya...

Bentuk nama Phoenicia dalam Yunani kuno adalah "Phoinikes", sementara dalam Latin adalah "Poeni". Dari kedua bentuk ini, dapat kita asumsikan bentuk sederhananya adalah "Poni".

Melalui metode pencermatan morfologi Bahasa dengan menggunakan pendekatan fonetik altikulatoris, kita dapat melihat bahwa variasi bentuk yang dapat muncul dari morfologi kata "Poni" adalah: poni - poli - pori - podi - poti - boni - boli - bori - bodi - boti - woni - woli - wori - wodi - woti - moni - moli - mori - modi - moti. 

Dari kesemua variasi bentuk morfologi yang dihasilkan di atas, beberapa diantaranya dapat kita temukan digunakan di Nusantara, terutama di pulau Sulawesi, yaitu: poni, poli, boni, boli, woli, woti, moni, dan mori.

Bentuk "Po-ni, Po-li, Bo-li dan Bo-ni" oleh para ahli sejarah Asia tenggara dari abad 19 hingga abad 20 dianggap sebagai bentuk transkripsi dari nama kerajaan di suatu wilayah di kepulauan laut selatan (Nusantara) yang disebutkan I-Tsing (seorang biksu asal Cina yang mengunjungi Nusantara sekitar tahun 671 M). kata "Boni" juga dapat kita temukan digunakan dalam peta-peta eropa untuk menyebut "teluk bone" yakni "Gulf of Boni".

Betuk "Woli" dapat kita duga memiliki keterkaitan dengan bentuk Wolio, yakni nama kecamatan di pulau Buton.

Bentuk "Woti" dapat kita duga memiliki keterkaitan dengan nama danau Towoti di Luwu Timur. "To" pada dasarnya berarti "orang" dalam Bahasa daerah setempat. Jadi "To Woti" artinya "orang Woti".

Pemaknaan "Woti" di atas dapat pula kita terapkan pada bentuk "Moni," yang kuat dugaan saya memiliki keterkaitan dengan "Tomoni" yang merupakan nama kecamatan di Luwu Timur. Bahwa "To Moni" dapat berarti "Orang Moni".

Bentuk "Mori" sendiri merupakan nama pulau di sekitar muara sungai Malili, dan juga merupakan nama suku atau penduduk asli di wilayah Sulawesi tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun